Kamis, Februari 23, 2012

Tajwid

Tajwīd (ﺪﻳﻮﺠﺗ) secara harfiah
bermakna melakukan sesuatu
dengan elok dan indah atau
bagus dan membaguskan, [1]
tajwid berasal dari kata
Jawwada ( ﺍﺪﻳﻮﺠﺗ-ﺩّﻮﺠﻳ-ﺩّﻮﺟ)
dalam bahasa Arab. Dalam
ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau
mengucapkan huruf-huruf
yang terdapat dalam kitab
suci al-Quran maupun bukan.
Adapun masalah-masalah
yang dikemukakan dalam ilmu
ini adalah makharijul huruf
(tempat keluar-masuk huruf),
shifatul huruf (cara
pengucapan huruf), ahkamul
huruf (hubungan antar huruf),
ahkamul maddi wal qasr
(panjang dan pendek ucapan),
ahkamul waqaf wal
ibtida’ (memulai dan
menghentikan bacaan) dan al-
Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu
tajwid ialah menyampaikan
dengan sebaik-baiknya dan
sempurna dari tiap-tiap
bacaan ayat al-Quran. Para
ulama menyatakan bahwa
hukum bagi mempelajari
tajwid itu adalah fardhu
kifayah tetapi mengamalkan
tajwid ketika membaca al-
Quran adalah fardhu ain atau
wajib kepada lelaki dan
perempuan yang mukallaf
atau dewasa.
Dalil tentang tajwid
Adapun dalil dalil yang
mewajibkan membaca al-
Quran dengan tajwid antara
lain:
1. ada pun dalil yang pertama
di ambil dari al-Quran. Allah
swt berfirman yang artinya
“Dan bacalah Al-Qur’an itu
dengan perlahan/tartil
(bertajwid)”[QS:Al-
Muzzammil (73): 4]. Ayat ini
jelas menunjukkan bahwa
Allah SWT memerintahkan
Nabi Muhammad untuk
membaca al-Quran yang
diturunkan kepadanya
dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan
setiap huruf-hurufnya
(bertajwid).
2. yang kedua dalil as sunah
( hadist ). Dalam hadits yang
diriwayatkan dari Ummu
Salamah r.a.(istri Nabi
SAW), ketika beliau ditanya
tentang bagaiman bacaan
dan salat Rasulullah SAW,
maka beliau menjawab:
”Ketahuilah bahwa Baginda
s.a.w. salat kemudian tidur
yang lamanya sama seperti
ketika beliau salat tadi,
kemudian Baginda kembali
salat yang lamanya sama
seperti ketika beliau tidur
tadi, kemudian tidur lagi
yang lamanya sama seperti
ketika beliau salat tadi
hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu
Salamah) mencontohkan
cara bacaan Rasulullah
s.a.w. dengan menunjukkan
(satu) bacaan yang
menjelaskan (ucapan) huruf-
hurufnya satu
persatu.” (Hadits 2847 Jamik
At-Tirmizi).
3. yang ketiga adalah dalil ijma
ulama. adalah telah sepakat
para ulama dari zaman
rasulullah sampai zaman
sekarang, bahwa membaca
alqur’an dengan bertajwid
adalah sesuatu yang fardhu
dan wajib.
Hukum taawuz dan basmalah
Isti'azah atau taawuz (ﺫﻮﻌﺗ)
adalah lafaz: "A'uzubillahi
minasy syaitaanir rajiim" ( ﺬﻮﻋﺍ
ﻢﻴﺟﺮﻟﺍ ﻥﺎﻄﻴﺸﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺎﺑ)
manakala basmalah adalah
lafaz: "Bismillahir rahmaanir
rahiim" ( ﻢﻴﺤﺮﻟﺍ ﻦﻤﺤﺮﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﺴﺑ).
Terdapat empat cara
membaca iati'azah, basmalah
dan surat:
1. memutuskan isti'azah
(berhenti) kemudian baru
membaca basmalah,
2. menyambungkan basmalah
dengan surah tanpa
berhenti,
3. membaca isti'azah dan
basmalah terus-menerus
tanpa henti,
4. membaca isti'azah,
basmalah dan awal surat
terus-menerus tanpa
berhenti.
Terdapat empat cara
membaca basmalah di antara
dua surat. Tiga daripadanya
adalah harus dan satu lagi
adalah tidak harus. Yang
harus adalah:
1. memisahkan basmalah
dengan surat,
2. menghubungkan basmalah
dengan awal surat,
3. menghubungkan
kesemuanya.
Bacaan bagi yang tidak harus
pula adalah:
1. menghubungkan akhir surat
dengan basmalah lalu
berhenti. Kemudian, barulah
membaca surat yang
seterusnya tanpa basmalah.
Walau bagaimana pun, tidak
harus membaca demikian
karena ditakuti bahwa ada
yang menganggap basmalah
adalah salah satu ayat
daripada surat yang
sebelumnya.
Hukum nun mati dan tanwin
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum nun mati
dan tanwin
Hukum mim mati
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum mim mati
Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid
juga disebut sebagai wajibal
ghunnah ( ﻪﻨﻐﻟﺍ ﺐﺟﺍﻭ) yang
bermakna bahwa pembaca
wajib untuk mendengungkan
bacaan. Maka jelaslah yang
bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum
ini berlaku bagi setiap huruf
mim dan nun yang memiliki
tanda syadda atau bertasydid
( ّﻡ dan ّﻥ).
Contoh: ِﺱﺎﱠﻨﻟﺍَﻭ ﺔﱠﻨِﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ
Hukum alif lam ma'rifah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Alif Lam
Alif lam ma'rifah adalah dua
huruf yang ditambah pada
pangkal/awal dari kata yang
bermakna nama atau
isim .Terdapat dua jenis alif
lam ma'rifah yaitu qamariah
dan syamsiah.
Alif lam qamariah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah, seperti: alif/ hamzah
(ﺀ), ba' (ﺏ), jim (ﺝ), ha' (ﺡ),
kha' (ﺥ), 'ain (ﻉ), ghain (ﻍ),
fa' (ﻑ), qaf (ﻕ), kaf (ﻙ), mim
(ﻡ), wau (ﻭ), ha' (ﮬ) dan
ya' (ﻱ). Hukum alif lam
qamariah diambil dari bahasa
arab yaitu al-qamar ( ﺮﻤﻘﻟﺍ)
yang artinya adalah bulan.
Maka dari itu, cara membaca
alif lam ini adalah dibacakan
secara jelas tanpa
meleburkan bacaannya.
Alif lam syamsiah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah seperti: ta' ( ﺕ),
tha' (ﺙ), dal (ﺩ), dzal (ﺫ),
ra' (ﺭ), zai (ﺯ), sin (ﺱ), syin
(ﺵ), sod (ﺹ), dhod (ﺽ), tho
(ﻁ), zho (ﻅ), lam (ﻝ) dan nun
(ﻥ). Nama asy-syamsiah
diambil dari bahasa Arab
( ﻪﻴﺴﻤﺸﻟﺍ) yang artinya adalah
matahari. Maka dari itu, cara
membaca alif lam ini tidak
dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf
setelahnya.
Lihat pula
Huruf syamsiah dan
qamariah
Hukum idgham
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: idgham
Idgham (ﻡﺎﻏﺩﺇ) adalah berpadu
atau bercampur antara dua
huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yang
lain. Maka dari itu, bacaan
idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan
suatu huruf kepada huruf
setelahnya. Terdapat tiga jenis
idgham:
1. Idgham mutamathilain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ - yang serupa) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama sifat dan
makhrajnya (tempat
keluarnya) dal bertemu dal
dan sebagainya. Hukum
adalah wajib diidghamkan.
Contoh: ْﺍﻮُﻠَﺨَﺩ ﺪَﻗ.
2. Idgham mutaqaribain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻣ - yang hampir) ialah
pertemuan dua huruf yang
sifat dan makhrajnya hampir
sama, seperti ba' bertemu
mim, qaf bertemu kaf dan
tha' bertemu dzal. Contoh:
ْﻢُڪﻘُﻠْﺨَﻧ
3. Idgham mutajanisain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻣ - yang sejenis) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama makhrajnya
tetapi tidak sama sifatnya
seperti ta' dan tha, lam dan
ra' serta dzal dan zha.
Contoh: ﱢﺏَﺭ ﻞُﻗ
Hukum mad
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum mad
Mad berarti melanjutkan atau
melebihkan. Dari segi istilah
ulama tajwid dan ahli bacaan,
mad bermakna
memanjangkan suara dengan
lanjutan menurut kedudukan
salah satu dari huruf mad.
Terdapat dua bagian mad,
yaitu mad asli dan mad far'i.
Terdapat tiga huruf mad yaitu
alif, wau, dan ya' dan huruf
tersebut haruslah berbaris
mati atau saktah. Panjang
pendeknya bacaan mad diukur
dengan menggunakan
harakat.
Lihat juga: Hukum mad,
Harakat.
Hukum ra'
Hukum ra' adalah hukum
bagaimana membunyikan
huruf ra' dalam bacaan.
Terdapat tiga cara yaitu kasar
atau tebal, halus atau tipis,
atau harus dikasarkan dan
ditipiskan.
Bacaan ra' harus dikasarkan
apabila:
Setiap ra' yang berharakat
atas atau fathah.
Contoh: ﺎَﻨﱢﺑَﺭ
Setiap ra' yang berbaris mati
atau berharakat sukun dan
huruf sebelumnya berbaris
atas atau fathah.
Contoh: ﺽْﺭَﻻﺍَﻭ
Ra' berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
atau kasrah.
Contoh: ﺍْﻮُﻌِﺟْﺭﭐ
Ra' berbaris mati dan
sebelumnya huruf yang
berbaris bawah atau kasrah
tetapi ra' tadi berjumpa
dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﺪﺎَﺻْﺮِﻣ
Bacaan ra' yang ditipiskan
adalah apabila:
Setiap ra' yang berbaris
bawah atau kasrah.
Contoh: ٌﻝﺎَﺟِﺭ
Setiap ra' yang sebelumnya
terdapat mad lain
Contoh: ٌﺮْﻴَﺧ
Ra' mati yang sebelumnya
juga huruf berbaris bawah
atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf
isti'la'.
Contoh: َﻦﻮَﻋْﺮِﻓ
Bacaan ra' yang harus
dikasarkan dan ditipiskan
adalah apabila setiap ra' yang
berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
dan kemudian berjumpa
dengan salah satu huruf
isti'la'.
Contoh: ﻕْﺮِﻓ
Isti'la' (ﺀ ﻼﻌﺘﺳﺍ): terdapat
tujuh huruf yaitu kha' (ﺥ),
sod (ﺹ), dhad (ﺽ), tha
(ﻁ), qaf (ﻕ), dan zha (ﻅ).
Qalqalah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: kalkalah
Qalqalah (ﻪﻠﻘﻠﻗ) adalah
bacaan pada huruf-huruf
qalqalah dengan bunyi
seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada
lima yaitu qaf ( ﻕ), tha (ﻁ),
ba' (ﺏ), jim (ﺝ), dan dal (ﺩ).
Qalqalah terbagi menjadi dua
jenis:
Qalqalah kecil yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu berbaris mati
dan baris matinya adalah
asli karena harakat sukun
dan bukan karena waqaf.
Contoh: َﻥﻮُﻌَﻤْﻄَﻴ, َﻥﻮُﻋْﺪَﻴ
Qalqalah besar yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu dimatikan
karena waqaf atau berhenti.
Dalam keadaan ini, qalqalah
dilakukan apabila bacaan
diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila
bacaan diteruskan.
Contoh: ِﻖَﻟَﻔْﻟﭐ, ٍﻖَﻟَﻋ
Makhraj huruf
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Makhraj
Sifat huruf
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Sifat huruf
Waqaf (ﻒﻗﻭ)
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Wakaf (tajwid)
Waqaf dari sudut bahasa ialah
berhenti atau menahan,
manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan
bacaan sejenak dengan
memutuskan suara di akhir
perkataan untuk bernapas
dengan niat ingin
menyambungkan kembali
bacaan. Terdapat empat jenis
waqaf yaitu:
ّﻡﺂﺗ (taamm) - waqaf
sempurna - yaitu
mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara
sempurna, tidak
memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
dan tidak memengaruhi arti
dan makna dari bacaan
karena tidak memiliki kaitan
dengan bacaan atau ayat
yang sebelumnya maupun
yang sesudahnya;
ﻒﺎﻛ (kaaf) - waqaf memadai
- yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan secara sempurna,
tidak memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti
dari ayat sesudahnya;
ﻦﺴﺣ (Hasan) - waqaf baik -
yaitu mewaqafkan bacaan
atau ayat tanpa
memengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut
masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya;
ﺢﻴﺒﻗ (Qabiih) - waqaf buruk -
yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan bacaan
secara tidak sempurna atau
memberhentikan bacaan di
tengah-tengah ayat, wakaf
ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan
masih berkaitan lafaz dan
maknanya dengan bacaan
yang lain.
Tanda-tanda waqaf
1. Tanda mim ( ـﻣ ) disebut juga
dengan Waqaf Lazim. yaitu
berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim
disebut juga Wakaf Taamm
(sempurna) karena wakaf
terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada
kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya. Tanda mim ( ﻡ ),
memiliki kemiripan dengan
tanda tajwid iqlab, namun
sangat jauh berbeda dengan
fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda
Waqaf Mutlaq dan haruslah
berhenti.
3. tanda jim ( ﺝ ) adalah Waqaf
Jaiz. Lebih baik berhenti
seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk
tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud
lebih baik tidak berhenti;
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut juga
dengan Waqaf Murakhkhas,
menunjukkan bahwa lebih
baik untuk tidak berhenti
namun diperbolehkan
berhenti saat darurat tanpa
mengubah makna.
Perbedaan antara hukum
tanda zha dan sad adalah
pada fungsinya, dalam kata
lain lebih diperbolehkan
berhenti pada waqaf sad;
6. tanda sad-lam-ya' ( ﮯﻠﺻ )
merupakan singkatan dari
"Al-washl Awlaa" yang
bermakna " wasal atau
meneruskan bacaan adalah
lebih baik", maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah
lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan
singkatan dari "Qiila alayhil
waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti
pada wakaf sebelumnya",
maka dari itu lebih baik
meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan;
8. tanda sad-lam ( ﻞﺼ )
merupakan singkatan dari
"Qad yuushalu" yang
bermakna "kadang kala
boleh di wasalkan", maka
dari itu lebih baik berhenti
walau kadang kala boleh
di wasalkan;
9. tanda Qif ( ﻒﻴﻗ ) bermaksud
berhenti! yakni lebih
diutamakan untuk berhenti.
Tanda tersebut biasanya
muncul pada kalimat yang
biasanya pembaca akan
meneruskannya tanpa
berhenti;
0. tanda sin ( ﺱ ) atau tanda
Saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ) menandakan
berhenti seketika tanpa
mengambil napas . Dengan
kata lain, pembaca haruslah
berhenti seketika tanpa
mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan;
1. tanda Waqfah ( ﻪﻔﻗﻭ )
bermaksud sama seperti
waqaf saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ),
namun harus berhenti lebih
lama tanpa mengambil
napas ;
2. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud
"Jangan berhenti!". Tanda ini
muncul kadang-kala pada
penghujung mahupun
pertengahan ayat. Jika ia
muncul di pertengahan ayat,
maka tidak dibenarkan
untuk berhenti dan jika
berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak;
3. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan
singkatan dari "Kadzaalik"
yang bermakna "serupa".
Dengan kata lain, makna
dari waqaf ini serupa dengan
waqaf yang sebelumnya
muncul;
4. tanda bertitik tiga ( ... ...)
yang disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf
Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua
kali di mana-mana saja dan
cara membacanya adalah
harus berhenti di salah satu
tanda tersebut. Jika sudah
berhenti pada tanda
pertama, tidak perlu
berhenti pada tanda kedua
dan sebaliknya.
Lihat pula
Fathah
Kasrah
Dammah
Sukun
Syaddah
Wasal
Harakat
Huruf syamsiah dan
qamariah
Referensi
1. ^ Khazanah tajwid

Tidak ada komentar: