Minggu, Februari 26, 2012

Masjid

Masjid atau mesjid adalah
rumah tempat ibadah umat
Muslim. Masjid artinya tempat
sujud, dan mesjid berukuran
kecil juga disebut musholla,
langgar atau surau. Selain
tempat ibadah masjid juga
merupakan pusat kehidupan
komunitas muslim. Kegiatan -
kegiatan perayaan hari besar,
diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al
Qur'an sering dilaksanakan di
Masjid. Bahkan dalam sejarah
Islam, masjid turut memegang
peranan dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan hingga
kemiliteran.
Etimologi
Masjid berarti tempat
beribadah. Akar kata dari
masjid adalah sajada dimana
sajada berarti sujud atau
tunduk. Kata masjid sendiri
berakar dari bahasa Aram.
Kata masgid (m-s-g-d)
ditemukan dalam sebuah
inskripsi dari abad ke 5
Sebelum Masehi. Kata masgid
(m-s-g-d) ini berarti "tiang
suci" atau "tempat
sembahan".[1]
Kata masjid dalam bahasa
Inggris disebut mosque. Kata
mosque ini berasal dari kata
mezquita[1] dalam bahasa
Spanyol. Dan kata mosque
kemudian menjadi populer
dan dipakai dalam bahasa
Inggris secara luas[2].

Jumat, Februari 24, 2012

Kasrah

Kasrah
Huruf yang
berharakat
kasrah
Kasrah (Arab: (ﺓﺮﺴﻛ) , kasrat)
adalah harakat yang
berbentuk layaknya garis
horizontal kecil ( ِ ) yang
diletakkan di bawah suatu
huruf arab, harakat kasrah
melambangkan fonem /i/.
Secara harfiah, kasrah
bermakna melanggar. Ketika
suatu huruf diberi harakat
kasrah, maka huruf tersebut
akan berbunyi /-i/, contonya
huruf lam (ﻝ) diberi harakat
kasrah menjadi /li/ (ِﻝ).
Sebuah huruf yang berharakat
kasrah jika bertemu dengan
huruf ya (ﻱ ) maka akan
melambangkan fonem /-i/
yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /lii/ ( ﻲﻟ)

Dhommah

Dammah
Huruf
waw
berharakat
dammah
Dammah (ﺔﻤﺿ) adalah harakat
yang berbentuk layaknya
huruf waw (ﻭ) kecil yang
diletakkan di atas suatu huruf
arab ( ُ ), harakat dammah
melambangkan fonem /u/.
Ketika suatu huruf diberi
harakat dammah, maka huruf
tersebut akan berbunyi /-u/,
contonya huruf lam (ﻝ) diberi
harakat dammah menjadi /lu/
(ُﻝ).
Sebuah huruf yang berharakat
dammah jika bertemu dengan
huruf waw (ﻭ ) maka akan
melambangkan fonem /-u/
yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /luu/
(ﻮُـﻟ).
Lihat pula
Fathah
Kasrah
Harakat
Tajwid

Fathah

Fathah
Huruf ya
berharakat
fathah.
Fathah (ﺔﺤﺘﻓ) adalah harakat
yang berbentuk layaknya garis
horizontal kecil ( َ ) yang
berada di atas suatu huruf
Arab yang melambangkan
fonem /a/. Secara harfiah,
fathah itu sendiri berarti
membuka, layaknya membuka
mulut saat mengucapkan
fonem /a/. Ketika suatu huruf
diberi harakat fathah, maka
huruf tersebut akan
berbunyi /-a/, contonya huruf
lam (ﻝ) diberi harakat fathah
menjadi /la/ (َﻝ).
Alif Khanjariah
Fathah juga ditulis layaknya
garis vertikal seperti huruf alif
kecil ( ٰ ) yang disebut dengan
mad fathah atau alif
khanjariah yang
melambangkan fonem /a/
yang dibaca agak panjang.
Sebuah huruf berharakat
fathah jika diikuti oleh Alif (ﺍ)
juga melambangkan fonem /-
a/ yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /laa/
(َﻻ)

Qalqalah

Qalqalah (ﻪﻠﻘﻠﻗ) adalah
bacaan pada huruf-huruf
qalqalah dengan bunyi
seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada
lima yaitu qaf ( ﻕ), tha (ﻁ),
ba' (ﺏ), jim (ﺝ), dan dal (ﺩ).
Qalqalah terbagi menjadi dua
jenis:
Qalqalah kecil yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu berbaris mati
dan baris matinya adalah
asli karena harakat sukun
dan bukan karena waqaf.
Contoh: َﻥﻮُﻌَﻤْﻄَﻴ, َﻥﻮُﻋْﺪَﻴ
Qalqalah besar yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu dimatikan
karena waqaf atau berhenti.
Dalam keadaan ini, qalqalah
dilakukan apabila bacaan
diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila
bacaan diteruskan.
Contoh: ِﻖَﻟَﻔْﻟﭐ, ٍﻖَﻟَﻋ

Hukum ra

Hukum ra'
Hukum ra' adalah hukum
bagaimana membunyikan
huruf ra' dalam bacaan.
Terdapat tiga cara yaitu kasar
atau tebal, halus atau tipis,
atau harus dikasarkan dan
ditipiskan.
Bacaan ra' harus dikasarkan
apabila:
Setiap ra' yang berharakat
atas atau fathah.
Contoh: ﺎَﻨﱢﺑَﺭ
Setiap ra' yang berbaris mati
atau berharakat sukun dan
huruf sebelumnya berbaris
atas atau fathah.
Contoh: ﺽْﺭَﻻﺍَﻭ
Ra' berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
atau kasrah.
Contoh: ﺍْﻮُﻌِﺟْﺭﭐ
Ra' berbaris mati dan
sebelumnya huruf yang
berbaris bawah atau kasrah
tetapi ra' tadi berjumpa
dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﺪﺎَﺻْﺮِﻣ
Bacaan ra' yang ditipiskan
adalah apabila:
Setiap ra' yang berbaris
bawah atau kasrah.
Contoh: ٌﻝﺎَﺟِﺭ
Setiap ra' yang sebelumnya
terdapat mad lain
Contoh: ٌﺮْﻴَﺧ
Ra' mati yang sebelumnya
juga huruf berbaris bawah
atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf
isti'la'.
Contoh: َﻦﻮَﻋْﺮِﻓ
Bacaan ra' yang harus
dikasarkan dan ditipiskan
adalah apabila setiap ra' yang
berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
dan kemudian berjumpa
dengan salah satu huruf
isti'la'.
Contoh: ﻕْﺮِﻓ
Isti'la' (ﺀ ﻼﻌﺘﺳﺍ): terdapat
tujuh huruf yaitu kha' (ﺥ),
sod (ﺹ), dhad (ﺽ), tha
(ﻁ), qaf (ﻕ), dan zha (ﻅ).

waqaf

Waqaf dari sudut bahasa ialah
berhenti atau menahan,
manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan
bacaan sejenak dengan
memutuskan suara di akhir
perkataan untuk bernapas
dengan niat ingin
menyambungkan kembali
bacaan. Terdapat empat jenis
waqaf yaitu:
ّﻡﺂﺗ (taamm) - waqaf
sempurna - yaitu
mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara
sempurna, tidak
memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
dan tidak memengaruhi arti
dan makna dari bacaan
karena tidak memiliki kaitan
dengan bacaan atau ayat
yang sebelumnya maupun
yang sesudahnya;
ﻒﺎﻛ (kaaf) - waqaf memadai
- yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan secara sempurna,
tidak memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti
dari ayat sesudahnya;
ﻦﺴﺣ (Hasan) - waqaf baik -
yaitu mewaqafkan bacaan
atau ayat tanpa
memengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut
masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya;
ﺢﻴﺒﻗ (Qabiih) - waqaf buruk -
yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan bacaan
secara tidak sempurna atau
memberhentikan bacaan di
tengah-tengah ayat, wakaf
ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan
masih berkaitan lafaz dan
maknanya dengan bacaan
yang lain.
Tanda-tanda waqaf
1. Tanda mim ( ـﻣ ) disebut juga
dengan Waqaf Lazim. yaitu
berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim
disebut juga Wakaf Taamm
(sempurna) karena wakaf
terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada
kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya. Tanda mim ( ﻡ ),
memiliki kemiripan dengan
tanda tajwid iqlab, namun
sangat jauh berbeda dengan
fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda
Waqaf Mutlaq dan haruslah
berhenti.
3. tanda jim ( ﺝ ) adalah Waqaf
Jaiz. Lebih baik berhenti
seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk
tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud
lebih baik tidak berhenti;
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut juga
dengan Waqaf Murakhkhas,
menunjukkan bahwa lebih
baik untuk tidak berhenti
namun diperbolehkan
berhenti saat darurat tanpa
mengubah makna.
Perbedaan antara hukum
tanda zha dan sad adalah
pada fungsinya, dalam kata
lain lebih diperbolehkan
berhenti pada waqaf sad;
6. tanda sad-lam-ya' ( ﮯﻠﺻ )
merupakan singkatan dari
"Al-wasl Awlaa" yang
bermakna " wasal atau
meneruskan bacaan adalah
lebih baik", maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah
lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan
singkatan dari "Qeela alayhil
waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti
pada wakaf sebelumnya",
maka dari itu lebih baik
meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan;
8. tanda sad-lam ( ﻞﺼ )
merupakan singkatan dari
"Qad yoosalu" yang
bermakna "kadang kala
boleh di wasalkan", maka
dari itu lebih baik berhenti
walau kadang kala boleh
di wasalkan;
9. tanda Qif ( ﻒﻴﻗ ) bermaksud
berhenti! yakni lebih
diutamakan untuk berhenti.
Tanda tersebut biasanya
muncul pada kalimat yang
biasanya pembaca akan
meneruskannya tanpa
berhenti;
0. tanda sin ( ﺱ ) atau tanda
Saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ) menandakan
berhenti seketika tanpa
mengambil napas . Dengan
kata lain, pembaca haruslah
berhenti seketika tanpa
mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan;
1. tanda Waqfah ( ﻪﻔﻗﻭ )
bermaksud sama seperti
waqaf saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ),
namun harus berhenti lebih
lama tanpa mengambil
napas ;
2. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud
"Jangan berhenti!". Tanda ini
muncul kadang-kala pada
penghujung mahupun
pertengahan ayat. Jika ia
muncul di pertengahan ayat,
maka tidak dibenarkan
untuk berhenti dan jika
berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak;
3. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan
singkatan dari "Kathaalik"
yang bermakna "serupa".
Dengan kata lain, makna
dari waqaf ini serupa dengan
waqaf yang sebelumnya
muncul;
4. tanda bertitik tiga ( ... ...)
yang disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf
Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua
kali di mana-mana saja dan
cara membacanya adalah
harus berhenti di salah satu
tanda tersebut. Jika sudah
berhenti pada tanda
pertama, tidak perlu
berhenti pada tanda kedua
dan sebaliknya.
Lihat pula
Tajwid
Huruf syamsiah qamariah
Hamzah
Alif khanjariah
Referensi
1. ^ Kamus Besar Bahasa
Indonesia online

Harakat

Harakat
Harakat (Arab: ﺕﺎﻛﺮﺣ,
harakaat) atau tasykil adalah
tanda baca atau diakritik yang
ditempatkan pada huruf Arab
untuk memperjelas gerakan
dan pengucapan huruf
tersebut.
Harakat dipakai untuk
mempermudah cara membaca
huruf Arab bagi orang awam,
pemula atau pelajar dan
biasanya dituliskan pada buku-
buku pendidikan, buku anak-
anak, kitab suci al-Quran dan
Injil berbahasa Arab,
walaupun dalam penulisan
sehari-hari tidak
menggunakan harakat,
karena pada umumnya orang
Arab sudah paham dan
mengerti akan tulisan yang
mereka baca, namun kadang
juga digunakan sebagai
penekanan dari suatu kata
terutama pada kata-kata yang
kurang umum digunakan agar
menghindari kesalahaan
pembacaan.
Contoh tulisan arab tanpa
harakat:
ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺏﺮﺑ ﺫﻮﻋﺍ ﻞﻗ
qul a'uudzu birabbin naasi
Contoh tulisan Arab
berharakat:
ِﺱﺎّٰـﻨﻟﭐ ِّﺏَﺮِـﺑُ ﺫْﻮُﻋٲ ْﻞُـﻗ
qul a'uudzu birabbin naasi
Macam harakat
Fathah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Fathah
Fathah (ﺔﺤﺘﻓ) adalah harakat
yang berbentuk layaknya garis
horizontal kecil ( َ ) yang
berada di atas suatu huruf
Arab yang melambangkan
fonem /a/. Secara harfiah,
fathah itu sendiri berarti
membuka, layaknya membuka
mulut saat mengucapkan
fonem /a/. Ketika suatu huruf
diberi harakat fathah, maka
huruf tersebut akan
berbunyi /-a/, contonya huruf
lam (ﻝ) diberi harakat fathah
menjadi /la/ (َﻝ).
Alif Khanjariah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Alif khanjariah
Fathah juga ditulis layaknya
garis vertikal seperti huruf alif
kecil ( ٰ ) yang disebut dengan
mad fathah atau alif
khanjariah yang
melambangkan fonem /a/
yang dibaca agak panjang.
Sebuah huruf berharakat
fathah jika diikuti oleh Alif (ﺍ)
juga melambangkan fonem /-
a/ yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /laa/
(َﻻ)
Kasrah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Kasrah
Kasrah (ﺓﺮﺴﻛ) adalah harakat
yang berbentuk layaknya garis
horizontal kecil ( ِ ) yang
diletakkan di bawah suatu
huruf arab, harakat kasrah
melambangkan fonem /i/.
Secara harfiah, kasrah
bermakna melanggar. Ketika
suatu huruf diberi harakat
kasrah, maka huruf tersebut
akan berbunyi /-i/, contonya
huruf lam (ﻝ) diberi harakat
kasrah menjadi /li/ (ِﻝ).
Sebuah huruf yang berharakat
kasrah jika bertemu dengan
huruf ya (ﻱ ) maka akan
melambangkan fonem /-i/
yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /lii/ ( ﻲﻟ)
Dammah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Dammah
Dammah (ﺔﻤﺿ) adalah harakat
yang berbentuk layaknya
huruf waw (ﻭ) kecil yang
diletakkan di atas suatu huruf
arab ( ُ ), harakat dammah
melambangkan fonem /u/.
Ketika suatu huruf diberi
harakat dammah, maka huruf
tersebut akan berbunyi /-u/,
contonya huruf lam (ﻝ) diberi
harakat dammah menjadi /lu/
(ُﻝ).
Sebuah huruf yang berharakat
dammah jika bertemu dengan
huruf waw (ﻭ ) maka akan
melambangkan fonem /-u/
yang dibaca panjang.
Contohnya pada kata /luu/
(ﻮُـﻟ).
Sukun
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Sukun (harakat)
Sukun (ﻥﻮﮑﺳ) adalah harakat
yang berbentuk bulat
layaknya huruf ha (ﻩ) yang
ditulis di atas suatu huruf
Arab. Harakat sukun
melambangkan fonem
konsonan atau huruf mati dari
suatu huruf, misalkan pada
kata mad (ْﺪَـﻣ) yang terdiri
dari huruf mim yang
berharakat fathah (َﻡ)
sehingga menghasilkan bunyi /
ma/, dan diikuti dengan huruf
dal yang berharakat sukun (ْﺩ)
yang menghasilkan konsonan /
d/ sehingga menjadi /mad/.
Harakat sukun juga misa
menghasilkan bunyi diftong,
seperti /au/ dan /ai/, cotohnya
pada kata (ُﻡْﻮَـﻧ) yang
berbunyi /naum(u)/ yang
berarti tidur, dan juga pada
kata (ﻦْﻴـَﻟ) yang berbunyi /lain/
yang berati lain atau berbeda.
Tasydid
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Tasydid
Tasydid ( ﺪﻳﺪﺸﺗ) atau syaddah
( ﺓﺪﺷ) adalah harakat yang
berbentuk layaknya huruf w
atau seperti kepala dari huruf
sin (ﺱ) yang diletakkan di
atas huruf arab (ّ) . Harakat
tasydid melambangkan
penekanan pada suatu
konsonan yang dituliskan
dengan simbol konsonan
ganda, sebagai contoh pada
kata ( ٌﺓَّﺪـَـﺷ) yang berbunyi /
sya ddah/ yang terdiri dari
huruf syin yang berharakat
fathah ( ﺵ) sehingga
menghasilkan bunyi /sya/,
diikuti dengan huruf dal yang
berharakat tasydid fathah ( َّﺩ)
yang menghasilhan bunyi /
dda/, diikuti pula dengan ta
marbuta ( ٌﺓ) di akhir kata
yang menghasilkan bunyi /h/,
sehingga menjadi /sya ddah/.
Tanwin
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: tanwin
Tanwin (bahasa Arab: ﻦﻳﻮﻨﺘﻟﺍ,
"at tanwiin") adalah tanda
baca/diakritik/ harakat pada
tulisan Arab untuk
menyatakan bahwa huruf
pada akhir kata tersebut
diucapkan layaknya bertemu
dengan huruf nun mati. [1]
Wasal
Gambar Alif
wasal
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Wasal
Wasal (bahasa Arab: ﺔﻠﺻﻭ,
washlat) adalah tanda baca
atau diakritik yang dituliskan
pada huruf Arab yang biasa
dituliskan di atas huruf alif
atau yang disebut juga dengan
Alif wasal. Secara ilmu tajwid,
wasal bermakna meneruskan
tanpa mewaqafkan atau
menghentikan bacaan.
Harakat wasal selalu berada
di permulaan kata dan tidak
dilafazkan manakala berada
di tengah-tengah kalimat,
namun akan berbunyi
layaknya huruf hamzah
manakala dibaca di mula
kalimat.
Contoh alif wasal:
ﭐﺎﻧﺪﻫ ﭐﻁﺮﺼﻟ
"ihdinas shiraat"
Bacaan tersebut memiliki dua
alif wasal, yang pertama pada
lafaz ihdinaa dan as shiraat
yang manakala kedua lafaz
tersebut diwasalkan atau
dirangkaikan dalam
pembacaannya maka akan
dibaca ihdinas shiraat dengan
menghilangkan pembacaan
alif wasal pada kata as
shiraat.
Lihat pula contoh berikut:
ﻦﻴﻌﺘﺴﻧ ﭐﺎﻧﺪﻫ ﭐﻁﺮﺼﻟ
"nasta'iinuh dinas shiraat"
Bacaan di atas terdiri dari
kata nasta'iin, ihdinaa dan as
shiraat, dengan mewasalkan
lafaz ihdina dengan lafaz
sebelumnya, sehingga
menghasilkan lafaz nasta'ii nuh
dinaa, dengan mewasalkan
lafaz as shiraat dengan lafaz
sebelumnya, maka akan
menghasilkan lafaz
"nasta'ii nuh dinas shiraat".
Alif wasal lebih sering
dijumpai bersamaan dengan
huruf lam atau yang disebut
juga dengan alif lam makrifah
pada lafaz dalam bahasa Arab
yang mengacu kepada kata
yang bersifat isim atau nama.
Contoh alif wasal dalam alif
lam makrifah:
ﻝﭐﻁﺮﺻ
"as shiraat"
ﻝﭐﺓﺮﻘﺑ
"al baqarah"
ﻝﭐﻥﺎﺴﻧﺇ
"al insaan"

hukum mad

Hukum mad
Hukum mad pada lafaz;
faa, fii, fuu, faa.
Mad (bahasa Arab: ﺪﻤﻟﺍ, "al
madd") secara harfiah
bermaknya melanjutkan atau
melebihkan, secara istilah
mad dapat diartikan sebagai
tanda bunyi panjang dalam
bahasa Arab (bunyi pendek
menjadi bunyi panjang) [1].
Dari segi istilah ulama tajwid
dan ahli bacaan, mad
bermakna memanjangkan
suara dengan lanjutan
menurut kedudukan salah
satu dari huruf mad. Terdapat
dua bagian mad, yaitu mad
asli dan mad far'i. Terdapat
tiga huruf mad yaitu alif, wau,
dan ya' dan huruf tersebut
haruslah berbaris mati atau
saktah. Panjang pendeknya
bacaan mad diukur dengan
menggunakan harakat.
Lihat juga
Kalkalah;
Tajwid;
Harakat.
Referensi
1. ^ http://
pusatbahasa.diknas.go.id/
kbbi/index.php

Hukum Idghom

Idgham
Idgham (ﻡﺎﻏﺩﺇ) adalah berpadu
atau bercampur antara dua
huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yang
lain. Maka dari itu, bacaan
idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan
suatu huruf kepada huruf
setelahnya. Terdapat tiga jenis
idgham:
1. Idgham mutamathilain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ - yang serupa) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama sifat dan
makhrajnya (tempat
keluarnya) dal bertemu dal
dan sebagainya. Hukum
adalah wajib diidghamkan.
Contoh: ْﺍﻮُﻠَﺨَﺩ ﺪَﻗ.
2. Idgham mutaqaribain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻣ - yang hampir) ialah
pertemuan dua huruf yang
sifat dan makhrajnya hampir
sama, seperti ba' bertemu
mim, qaf bertemu kaf dan
tha' bertemu dzal. Contoh:
ْﻢُڪﻘُﻠْﺨَﻧ
3. Idgham mutajanisain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻣ - yang sejenis) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama makhrajnya
tetapi tidak sama sifatnya
seperti ta' dan tha, lam dan
ra' serta dzal dan zha.
Contoh: ﱢﺏَﺭ ﻞُﻗ
Lihat pula
Tajwid
Harakat

Huruf syamsyiah dan qomariah

Huruf syamsiah dan
qamariah
Huruf syamsiah yang
berwarna merah dan huruf
qamariah yang berwarna
hitam
Huruf syamsiah dan huruf
qamariah (bahasa Arab: ﻑﻭﺮﺣ
ﺔﻴﺴﻤﺷ ḥurūf šamsiyyah dan
ﺔﻳﺮﻤﻗ ﻑﻭﺮﺣ ḥurūf qamariyyah)
adalah pembagian huruf-huruf
Arab secara ilmu tajwid yang
didasarkan pada kombinasi
antara huruf tersebut dengan
kombinasi dari Alif Lam atau
huruf alif dan lam.
Huruf syamsiah
Huruf syamsiah atau huruf
matahari adalah huruf yang
menghilangkan pembacaan
dari huruf lam, contohnya
pada kata al-Syamsiyah
(ﺔﻴﺴﻤﺸﻟﺍ) harus dibaca as-
syamsiyah dengan
menghilangkan pembacaan
dari huruf lam.
Jumlah huruf syamsiah ada 14
huruf hijaiah, yakni: ﺕ ﺭ ﺹ ﺙ ﻁ
ﻝ ﺵ ﺯ ﻅ ﺱ ﺩ ﻥ ﺫ ﺽ
Huruf qamariah
Huruf qamariah atau huruf
bulan adalah huruf yang
dibaca secara jelas namun
tetap mempertegas
pembacaan dari huruf lam,
contohnya pada kata al-
qamariyah (ﺔﻳﺮﻤﻘﻟﺍ) harus dan
tetap dibaca al-qamariyah
dengan menegaskan
pembacaan dari huruf lam.
Jumlah huruf qamariah ada 14
huruf hijaiah, yakni: ﻙ ﺝ ﺡ ﻍ ﺏ ﺍ
ﻩ ﻡ ﻱ ﻕ ﻉ ﻑ ﺥ ﻭ
Lihat pula
Harakat
Huruf Arab
Tajwid

Alif lam ma'rifah

Alif lam makrifah
Artikel ini bukan mengenai
Lam Alif.
Alif Lam makrifah bukan
merupakan bagian dari
kata dasar, seperti pada
lafaz al-Bahrain yakni Alif
lam yang ditambah
bahrain yang bermakna
Bahrain.
"Al-", "Alif lam" atau lebih
lengkap "Alif lam
makrifah" (bahasa Arab: ﻒﻟﺃ
ﻒﻳﺮﻌﺗ ﻡﻻ, "alif lam ta'riif")
adalah dua huruf yakni huruf
alif (alif wasal) dan huruf lam
yang ditambah pada pangkal/
awal dari kata nomina atau
isim.
Terdapat dua jenis alif lam
ma'rifah yaitu qamariah dan
syamsiah.
Fonologi
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: huruf syamsiah
qamariah
Huruf qamariah
Alif lam qamariah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah, seperti: alif/ hamzah
(ﺀ), ba' (ﺏ), jim (ﺝ), ha' (ﺡ),
kha' (ﺥ), 'ain (ﻉ), ghain (ﻍ),
fa' (ﻑ), qaf (ﻕ), kaf (ﻙ), mim
(ﻡ), wau (ﻭ), ha' (ﮬ) dan
ya' (ﻱ). Hukum alif lam
qamariah diambil dari bahasa
arab yaitu al-qamar ( ﺮﻤﻘﻟﺍ)
yang artinya adalah bulan.
Maka dari itu, cara membaca
alif lam ini adalah dibacakan
secara jelas tanpa
meleburkan bacaannya.
Huruf syamsiah
Alif lam syamsiah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah seperti: ta' ( ﺕ),
tha' (ﺙ), dal (ﺩ), dzal (ﺫ),
ra' (ﺭ), zai (ﺯ), sin (ﺱ), syin
(ﺵ), sod (ﺹ), dhod (ﺽ), tho
(ﻁ), zho (ﻅ), lam (ﻝ) dan nun
(ﻥ). Nama asy-syamsiah
diambil dari bahasa Arab
( ﻪﻴﺴﻤﺸﻟﺍ) yang artinya adalah
matahari. Maka dari itu, cara
membaca alif lam ini tidak
dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf
setelahnya.
Lihat pula
Huruf syamsiah dan
qamariah
Lam Alif

Hukum mim dan nun tasydid

Tasydid
Harakat tasydid.
Tasydid ( ﺪﻳﺪﺸﺗ) atau syaddah
( ﺓﺪﺷ) adalah harakat yang
berbentuk layaknya huruf w
atau seperti kepala dari huruf
sin (ﺱ) yang diletakkan di
atas huruf arab (ّ) . Harakat
tasydid melambangkan
penekanan pada suatu
konsonan yang dituliskan
dengan symbol konsonan
ganda, sebagai contoh pada
kata ( ٌﺓَّﺪـَـﺷ) yang berbunyi /
syaddah/ yang terdiri dari
huruf syin yang berharakat
fathah ( ﺵ) sehingga
menghasilkan bunyi /sya/,
diikuti dengan huruf dal yang
berharakat tasydid fathah ( َّﺩ)
yang menghasilhan bunyi /
dda/, diikuti pula dengan ta
marbuta kata ( ٌﺓ) di akhir kata
yang menghasilkan bunyi /h/,
sehingga menjadi /sya ddah/.
Lihat pula
Fathah
Kasrah
Dammah
Sukun
Wasal
Harakat
Tajwid

Kamis, Februari 23, 2012

Hukum mim mati

Hukum mim mati
Surah Al-Mu’minun ayat 55-59.
Keterangan tajwid: Ikhfa
Syafawi, Idgham Mimi, Izhar
Syafawi
Hukum mim mati adalah salah
satu tajwid yang terdapat
dalam Al-Qur'an. Hukum ini
berlaku jika mim mati
bertemu huruf-huruf tertentu.
Hukum ini terdiri dari tiga
jenis, yaitu:
Ikhfa Syafawi (ﻱﻮﻔﺷ ﺀﺎﻔﺧﺇ)
Apabila mim mati (ْﻡ) bertemu
dengan ba (ﺏ), maka cara
membacanya harus dibunyikan
samar-samar di bibir dan
didengungkan.
Contoh: (ﻢِﻬﻴِﻣْﺮَﺗ) (ﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ ﻢُﻜْﺣﺎَﻓ
ٌﻂِﺳﺎَﺑ ﻢُﻬُﺒْﻠَﻛَﻭ) (ٍﺓَﺭﺎَﺠِﺤِﺑ)
Idgham Mimi ( ﻰﻤﻴﻣ ﻡﺎﻏﺩﺇ)
Apabila mim mati (ْﻡ) bertemu
dengan mim (ﻡ), maka cara
membacanya adalah seperti
menyuarakan mim rangkap
atau ditasyidkan dan wajib
dibaca dengung. Idgham mimi
disebut juga idgham mislain
atau mutamasilain.
Contoh: (ٍﺔَﺌِﻓ ﻦِﻣ ْﻢَﻛ) (ْﻦَﻣ ﻡَﺃ)
Izhar Syafawi (ﻱﻮﻔﺷ ﺭﺎﻬﻇﺇ)
Apabila mim mati (ْﻡ) bertemu
dengan salah satu huruf
hijaiyyah selain huruf mim (ْﻡ)
dan ba (ﺏ), maka cara
membacanya dengan jelas di
bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (َﻥﻮُﺴْﻤَﺗ) (َﻥﻮُﻘَّﺘَﺗ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ)
Lihat pula
Al-Qur'an
Tajwid

Hukum nun mati dan tanwin

Hukum nun mati dan
tanwin
Potongan ayat Surah Al-
Baqarah ayat 145.
Keterangan tajwid: Izhar halqi,
Idgham, Ikhfa Haqiqi, Iqlab
Hukum nun mati dan tanwin
adalah salah satu tajwid yang
terdapat dalam Al-Qur'an.
Hukum ini berlaku jika nun
mati atau tanwin bertemu
huruf-huruf tertentu.
Hukum ini terdiri dari 4 jenis,
yaitu:
Izhar Halqi
Jika nun mati atau tanwin
bertemu huruf-huruf Halqi
(tenggorokan) seperti: alif/
hamzah(ﺀ), ha' (ﺡ), kha' (ﺥ),
'ain (ﻉ), ghain (ﻍ), dan ha' (ﻩ),
maka ia harus dibaca jelas.
Contoh: ٌﺔَﻴِﻣﺎَﺣ ٌﺭﺎَﻧ
Idgham
Hukum bacaan ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
Idgham Bighunnah
Jika nun mati atau tanwin
bertemu huruf-huruf seperti:
mim ( ﻡ), nun (ﻥ), wau (ﻭ), dan
ya' (ﻱ), maka ia harus dibaca
lebur dengan dengung.
Contoh: ٍﺓَﺩَّﺪَﻤُّﻣ ٍﺪَﻤَﻋ ْﻲِﻓ harus
dibaca Fī ʿamadim
mumaddadah.
Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin
bertemu huruf-huruf seperti
ra' ( ﺭ) dan lam (ﻝ), maka ia
harus dibaca lebur tanpa
dengung.
Contoh: ْﻢَﻟ ْﻦَﻣ harus dibaca
Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin
bertemu dengan keenam
huruf idgam tersebut tetapi
ditemukan dalam satu kata,
seperti ٌﻥﺎَﻴْﻨُﺑ, ﺎَﻴْﻧُّﺩَﺍ, ٌﻥﺍَﻮْﻨِﻗ , dan
ٌﻥﺍَﻮْﻨِﺻ, maka nun mati atau
tanwin tersebut dibaca jelas.
Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun
mati atau tanwin bertemu
dengan huruf ba' ( ﺏ). Dalam
bacaan ini, bacaan nun mati
atau tanwin berbah menjadi
bunyi mim.
Contoh: َّﻥَﺬَﺒۢﻨُﻴَﻟ harus dibaca
Layumbażanna
Ikhfa' haqiqi
Jika nan mati atau tanwin
bertemu dengan huruf-huruf
seperti ta'( ﺕ), tha' (ﺙ), jim
(ﺝ), dal (ﺩ), dzal (ﺫ), zai (ﺯ), sin
(ﺱ), syin (ﺵ), sod (ﺹ), dhod
(ﺽ), tho (ﻁ), zho (ﻅ), fa' (ﻡ),
qof (ﻡ), dan kaf (ﻙ), maka ia
harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgham)
Contoh: َﻦْﻄَﺳَﻮَﻓ ﺎًﻌْﻘَﻧ
Lihat pula
Al-Qur'an
Tajwid

Tajwid

Tajwīd (ﺪﻳﻮﺠﺗ) secara harfiah
bermakna melakukan sesuatu
dengan elok dan indah atau
bagus dan membaguskan, [1]
tajwid berasal dari kata
Jawwada ( ﺍﺪﻳﻮﺠﺗ-ﺩّﻮﺠﻳ-ﺩّﻮﺟ)
dalam bahasa Arab. Dalam
ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau
mengucapkan huruf-huruf
yang terdapat dalam kitab
suci al-Quran maupun bukan.
Adapun masalah-masalah
yang dikemukakan dalam ilmu
ini adalah makharijul huruf
(tempat keluar-masuk huruf),
shifatul huruf (cara
pengucapan huruf), ahkamul
huruf (hubungan antar huruf),
ahkamul maddi wal qasr
(panjang dan pendek ucapan),
ahkamul waqaf wal
ibtida’ (memulai dan
menghentikan bacaan) dan al-
Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu
tajwid ialah menyampaikan
dengan sebaik-baiknya dan
sempurna dari tiap-tiap
bacaan ayat al-Quran. Para
ulama menyatakan bahwa
hukum bagi mempelajari
tajwid itu adalah fardhu
kifayah tetapi mengamalkan
tajwid ketika membaca al-
Quran adalah fardhu ain atau
wajib kepada lelaki dan
perempuan yang mukallaf
atau dewasa.
Dalil tentang tajwid
Adapun dalil dalil yang
mewajibkan membaca al-
Quran dengan tajwid antara
lain:
1. ada pun dalil yang pertama
di ambil dari al-Quran. Allah
swt berfirman yang artinya
“Dan bacalah Al-Qur’an itu
dengan perlahan/tartil
(bertajwid)”[QS:Al-
Muzzammil (73): 4]. Ayat ini
jelas menunjukkan bahwa
Allah SWT memerintahkan
Nabi Muhammad untuk
membaca al-Quran yang
diturunkan kepadanya
dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan
setiap huruf-hurufnya
(bertajwid).
2. yang kedua dalil as sunah
( hadist ). Dalam hadits yang
diriwayatkan dari Ummu
Salamah r.a.(istri Nabi
SAW), ketika beliau ditanya
tentang bagaiman bacaan
dan salat Rasulullah SAW,
maka beliau menjawab:
”Ketahuilah bahwa Baginda
s.a.w. salat kemudian tidur
yang lamanya sama seperti
ketika beliau salat tadi,
kemudian Baginda kembali
salat yang lamanya sama
seperti ketika beliau tidur
tadi, kemudian tidur lagi
yang lamanya sama seperti
ketika beliau salat tadi
hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu
Salamah) mencontohkan
cara bacaan Rasulullah
s.a.w. dengan menunjukkan
(satu) bacaan yang
menjelaskan (ucapan) huruf-
hurufnya satu
persatu.” (Hadits 2847 Jamik
At-Tirmizi).
3. yang ketiga adalah dalil ijma
ulama. adalah telah sepakat
para ulama dari zaman
rasulullah sampai zaman
sekarang, bahwa membaca
alqur’an dengan bertajwid
adalah sesuatu yang fardhu
dan wajib.
Hukum taawuz dan basmalah
Isti'azah atau taawuz (ﺫﻮﻌﺗ)
adalah lafaz: "A'uzubillahi
minasy syaitaanir rajiim" ( ﺬﻮﻋﺍ
ﻢﻴﺟﺮﻟﺍ ﻥﺎﻄﻴﺸﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺎﺑ)
manakala basmalah adalah
lafaz: "Bismillahir rahmaanir
rahiim" ( ﻢﻴﺤﺮﻟﺍ ﻦﻤﺤﺮﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﺴﺑ).
Terdapat empat cara
membaca iati'azah, basmalah
dan surat:
1. memutuskan isti'azah
(berhenti) kemudian baru
membaca basmalah,
2. menyambungkan basmalah
dengan surah tanpa
berhenti,
3. membaca isti'azah dan
basmalah terus-menerus
tanpa henti,
4. membaca isti'azah,
basmalah dan awal surat
terus-menerus tanpa
berhenti.
Terdapat empat cara
membaca basmalah di antara
dua surat. Tiga daripadanya
adalah harus dan satu lagi
adalah tidak harus. Yang
harus adalah:
1. memisahkan basmalah
dengan surat,
2. menghubungkan basmalah
dengan awal surat,
3. menghubungkan
kesemuanya.
Bacaan bagi yang tidak harus
pula adalah:
1. menghubungkan akhir surat
dengan basmalah lalu
berhenti. Kemudian, barulah
membaca surat yang
seterusnya tanpa basmalah.
Walau bagaimana pun, tidak
harus membaca demikian
karena ditakuti bahwa ada
yang menganggap basmalah
adalah salah satu ayat
daripada surat yang
sebelumnya.
Hukum nun mati dan tanwin
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum nun mati
dan tanwin
Hukum mim mati
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum mim mati
Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid
juga disebut sebagai wajibal
ghunnah ( ﻪﻨﻐﻟﺍ ﺐﺟﺍﻭ) yang
bermakna bahwa pembaca
wajib untuk mendengungkan
bacaan. Maka jelaslah yang
bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum
ini berlaku bagi setiap huruf
mim dan nun yang memiliki
tanda syadda atau bertasydid
( ّﻡ dan ّﻥ).
Contoh: ِﺱﺎﱠﻨﻟﺍَﻭ ﺔﱠﻨِﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ
Hukum alif lam ma'rifah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Alif Lam
Alif lam ma'rifah adalah dua
huruf yang ditambah pada
pangkal/awal dari kata yang
bermakna nama atau
isim .Terdapat dua jenis alif
lam ma'rifah yaitu qamariah
dan syamsiah.
Alif lam qamariah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah, seperti: alif/ hamzah
(ﺀ), ba' (ﺏ), jim (ﺝ), ha' (ﺡ),
kha' (ﺥ), 'ain (ﻉ), ghain (ﻍ),
fa' (ﻑ), qaf (ﻕ), kaf (ﻙ), mim
(ﻡ), wau (ﻭ), ha' (ﮬ) dan
ya' (ﻱ). Hukum alif lam
qamariah diambil dari bahasa
arab yaitu al-qamar ( ﺮﻤﻘﻟﺍ)
yang artinya adalah bulan.
Maka dari itu, cara membaca
alif lam ini adalah dibacakan
secara jelas tanpa
meleburkan bacaannya.
Alif lam syamsiah ialah lam
yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah seperti: ta' ( ﺕ),
tha' (ﺙ), dal (ﺩ), dzal (ﺫ),
ra' (ﺭ), zai (ﺯ), sin (ﺱ), syin
(ﺵ), sod (ﺹ), dhod (ﺽ), tho
(ﻁ), zho (ﻅ), lam (ﻝ) dan nun
(ﻥ). Nama asy-syamsiah
diambil dari bahasa Arab
( ﻪﻴﺴﻤﺸﻟﺍ) yang artinya adalah
matahari. Maka dari itu, cara
membaca alif lam ini tidak
dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf
setelahnya.
Lihat pula
Huruf syamsiah dan
qamariah
Hukum idgham
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: idgham
Idgham (ﻡﺎﻏﺩﺇ) adalah berpadu
atau bercampur antara dua
huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yang
lain. Maka dari itu, bacaan
idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan
suatu huruf kepada huruf
setelahnya. Terdapat tiga jenis
idgham:
1. Idgham mutamathilain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ - yang serupa) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama sifat dan
makhrajnya (tempat
keluarnya) dal bertemu dal
dan sebagainya. Hukum
adalah wajib diidghamkan.
Contoh: ْﺍﻮُﻠَﺨَﺩ ﺪَﻗ.
2. Idgham mutaqaribain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻣ - yang hampir) ialah
pertemuan dua huruf yang
sifat dan makhrajnya hampir
sama, seperti ba' bertemu
mim, qaf bertemu kaf dan
tha' bertemu dzal. Contoh:
ْﻢُڪﻘُﻠْﺨَﻧ
3. Idgham mutajanisain (ﻡﺎﻏﺩﺇ
ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻣ - yang sejenis) ialah
pertemuan antara dua huruf
yang sama makhrajnya
tetapi tidak sama sifatnya
seperti ta' dan tha, lam dan
ra' serta dzal dan zha.
Contoh: ﱢﺏَﺭ ﻞُﻗ
Hukum mad
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Hukum mad
Mad berarti melanjutkan atau
melebihkan. Dari segi istilah
ulama tajwid dan ahli bacaan,
mad bermakna
memanjangkan suara dengan
lanjutan menurut kedudukan
salah satu dari huruf mad.
Terdapat dua bagian mad,
yaitu mad asli dan mad far'i.
Terdapat tiga huruf mad yaitu
alif, wau, dan ya' dan huruf
tersebut haruslah berbaris
mati atau saktah. Panjang
pendeknya bacaan mad diukur
dengan menggunakan
harakat.
Lihat juga: Hukum mad,
Harakat.
Hukum ra'
Hukum ra' adalah hukum
bagaimana membunyikan
huruf ra' dalam bacaan.
Terdapat tiga cara yaitu kasar
atau tebal, halus atau tipis,
atau harus dikasarkan dan
ditipiskan.
Bacaan ra' harus dikasarkan
apabila:
Setiap ra' yang berharakat
atas atau fathah.
Contoh: ﺎَﻨﱢﺑَﺭ
Setiap ra' yang berbaris mati
atau berharakat sukun dan
huruf sebelumnya berbaris
atas atau fathah.
Contoh: ﺽْﺭَﻻﺍَﻭ
Ra' berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
atau kasrah.
Contoh: ﺍْﻮُﻌِﺟْﺭﭐ
Ra' berbaris mati dan
sebelumnya huruf yang
berbaris bawah atau kasrah
tetapi ra' tadi berjumpa
dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﺪﺎَﺻْﺮِﻣ
Bacaan ra' yang ditipiskan
adalah apabila:
Setiap ra' yang berbaris
bawah atau kasrah.
Contoh: ٌﻝﺎَﺟِﺭ
Setiap ra' yang sebelumnya
terdapat mad lain
Contoh: ٌﺮْﻴَﺧ
Ra' mati yang sebelumnya
juga huruf berbaris bawah
atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf
isti'la'.
Contoh: َﻦﻮَﻋْﺮِﻓ
Bacaan ra' yang harus
dikasarkan dan ditipiskan
adalah apabila setiap ra' yang
berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah
dan kemudian berjumpa
dengan salah satu huruf
isti'la'.
Contoh: ﻕْﺮِﻓ
Isti'la' (ﺀ ﻼﻌﺘﺳﺍ): terdapat
tujuh huruf yaitu kha' (ﺥ),
sod (ﺹ), dhad (ﺽ), tha
(ﻁ), qaf (ﻕ), dan zha (ﻅ).
Qalqalah
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: kalkalah
Qalqalah (ﻪﻠﻘﻠﻗ) adalah
bacaan pada huruf-huruf
qalqalah dengan bunyi
seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada
lima yaitu qaf ( ﻕ), tha (ﻁ),
ba' (ﺏ), jim (ﺝ), dan dal (ﺩ).
Qalqalah terbagi menjadi dua
jenis:
Qalqalah kecil yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu berbaris mati
dan baris matinya adalah
asli karena harakat sukun
dan bukan karena waqaf.
Contoh: َﻥﻮُﻌَﻤْﻄَﻴ, َﻥﻮُﻋْﺪَﻴ
Qalqalah besar yaitu apabila
salah satu daripada huruf
qalqalah itu dimatikan
karena waqaf atau berhenti.
Dalam keadaan ini, qalqalah
dilakukan apabila bacaan
diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila
bacaan diteruskan.
Contoh: ِﻖَﻟَﻔْﻟﭐ, ٍﻖَﻟَﻋ
Makhraj huruf
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Makhraj
Sifat huruf
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Sifat huruf
Waqaf (ﻒﻗﻭ)
Artikel utama untuk bagian
ini adalah: Wakaf (tajwid)
Waqaf dari sudut bahasa ialah
berhenti atau menahan,
manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan
bacaan sejenak dengan
memutuskan suara di akhir
perkataan untuk bernapas
dengan niat ingin
menyambungkan kembali
bacaan. Terdapat empat jenis
waqaf yaitu:
ّﻡﺂﺗ (taamm) - waqaf
sempurna - yaitu
mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara
sempurna, tidak
memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
dan tidak memengaruhi arti
dan makna dari bacaan
karena tidak memiliki kaitan
dengan bacaan atau ayat
yang sebelumnya maupun
yang sesudahnya;
ﻒﺎﻛ (kaaf) - waqaf memadai
- yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan pada suatu
bacaan secara sempurna,
tidak memutuskan di tengah-
tengah ayat atau bacaan,
namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti
dari ayat sesudahnya;
ﻦﺴﺣ (Hasan) - waqaf baik -
yaitu mewaqafkan bacaan
atau ayat tanpa
memengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut
masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya;
ﺢﻴﺒﻗ (Qabiih) - waqaf buruk -
yaitu mewaqafkan atau
memberhentikan bacaan
secara tidak sempurna atau
memberhentikan bacaan di
tengah-tengah ayat, wakaf
ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan
masih berkaitan lafaz dan
maknanya dengan bacaan
yang lain.
Tanda-tanda waqaf
1. Tanda mim ( ـﻣ ) disebut juga
dengan Waqaf Lazim. yaitu
berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim
disebut juga Wakaf Taamm
(sempurna) karena wakaf
terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada
kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya. Tanda mim ( ﻡ ),
memiliki kemiripan dengan
tanda tajwid iqlab, namun
sangat jauh berbeda dengan
fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda
Waqaf Mutlaq dan haruslah
berhenti.
3. tanda jim ( ﺝ ) adalah Waqaf
Jaiz. Lebih baik berhenti
seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk
tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud
lebih baik tidak berhenti;
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut juga
dengan Waqaf Murakhkhas,
menunjukkan bahwa lebih
baik untuk tidak berhenti
namun diperbolehkan
berhenti saat darurat tanpa
mengubah makna.
Perbedaan antara hukum
tanda zha dan sad adalah
pada fungsinya, dalam kata
lain lebih diperbolehkan
berhenti pada waqaf sad;
6. tanda sad-lam-ya' ( ﮯﻠﺻ )
merupakan singkatan dari
"Al-washl Awlaa" yang
bermakna " wasal atau
meneruskan bacaan adalah
lebih baik", maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah
lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan
singkatan dari "Qiila alayhil
waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti
pada wakaf sebelumnya",
maka dari itu lebih baik
meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan;
8. tanda sad-lam ( ﻞﺼ )
merupakan singkatan dari
"Qad yuushalu" yang
bermakna "kadang kala
boleh di wasalkan", maka
dari itu lebih baik berhenti
walau kadang kala boleh
di wasalkan;
9. tanda Qif ( ﻒﻴﻗ ) bermaksud
berhenti! yakni lebih
diutamakan untuk berhenti.
Tanda tersebut biasanya
muncul pada kalimat yang
biasanya pembaca akan
meneruskannya tanpa
berhenti;
0. tanda sin ( ﺱ ) atau tanda
Saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ) menandakan
berhenti seketika tanpa
mengambil napas . Dengan
kata lain, pembaca haruslah
berhenti seketika tanpa
mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan;
1. tanda Waqfah ( ﻪﻔﻗﻭ )
bermaksud sama seperti
waqaf saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ),
namun harus berhenti lebih
lama tanpa mengambil
napas ;
2. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud
"Jangan berhenti!". Tanda ini
muncul kadang-kala pada
penghujung mahupun
pertengahan ayat. Jika ia
muncul di pertengahan ayat,
maka tidak dibenarkan
untuk berhenti dan jika
berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak;
3. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan
singkatan dari "Kadzaalik"
yang bermakna "serupa".
Dengan kata lain, makna
dari waqaf ini serupa dengan
waqaf yang sebelumnya
muncul;
4. tanda bertitik tiga ( ... ...)
yang disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf
Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua
kali di mana-mana saja dan
cara membacanya adalah
harus berhenti di salah satu
tanda tersebut. Jika sudah
berhenti pada tanda
pertama, tidak perlu
berhenti pada tanda kedua
dan sebaliknya.
Lihat pula
Fathah
Kasrah
Dammah
Sukun
Syaddah
Wasal
Harakat
Huruf syamsiah dan
qamariah
Referensi
1. ^ Khazanah tajwid