Sabtu, November 27, 2010

FUTUR

Umar ra. Pernah bercakap-cakap
bersama Hudzaifah sebelum beliau
ditikam oleh Abu Lu ’lu Majusi,
Hudzaifah bercerita, “Ketika kami
duduk dekat Umar, ia berkata,
“ siapa di antara kalian yang
menyimpan perkataan Rasulullah
SAW tentang fitnah. ” Hudzaifah
berkata, “Fitnah seseorang dalam
berkeluarga, hartanya, anak-
anaknya dan tetangganya. Ia dapat
dihapus dengan shalat, shodaqoh,
amar ma ’ruf dan nahyul mungkar.
Kemudian Umar ra. Berkata, ”
Bukan itu yang aku tanyakan, akan
tetapi fitnah yang menggelombang
seperti gelombang laut. ” Maka
Hudzaifah berkata, ”Engkau tidak
akan terkena olehnya wahai amirul
mukminin. Sesungguhnya
antaramu dan fitnah tersebut ada
sebuah pintu yang tertutup. ” Umar
berkata, ”Apakah kelak pintu
tersebut pecah atau terbuka?”
Hudzaifah menjawab, ” Ia akan
pecah.” Lantas Umar berkata lagi,
”Kalau demikian suda tidak
mungkin tertutup lagi selamanya.
” Hudzaifah berkata, ”Benar.”
Berkata Syaqiq yang
meriwayatkan dari Hudzaifah,
” Kami bertanya kepada Hudzaifah,
”Apakah Umar mengetahui siapa
yang dimaksud ’pintu’ itu?”
Hudzaifah menjawab, ”Ya, seperti
ia mengetahui bahwa ada malam
esok hari. Hal itu dikarenakan aku
telah berbicara kepadanya tentang
sebuah hadist tanpa keliru. ” Kami
ingin sekali mengetahui siapa pintu
itu, kemudian kami perintahkan
Masruq, dan bertanya kepada
Hudzaifah, ”Siapakah pintu itu?”
Hudzaifah menjawab,
” Umar.” (HR. Bukhori)
Setelah pembicaraan diatas, maka
sudah sepatutnya kita berbicara
tentang futurnya unsur-unsur
yang bekerja menegakkan islam
dengan penuh hati-hati serta
pandangan yang jauh. Hal itu tidak
lain demi kemashalatan mereka
dan kemashalatan dakwah yang
komit dengannya.
Simaklah lantunan doa Umar Ra
memohon perlindungan dari
kelemahan yang menimpa kaum
muslimin :
”Ya Allah sesungguhnya
aku berlindung kepada-
Mu dari paksaan orang
fasik dan melemahnya
rasa percaya. ”
Pengertian Futur
Secara Etimologi arti futur
adalah : diam setelah giat dan
lemah setelah semangat.
Ketika membahas kisah
Zainab ra. Yang meletakkan
seutas tali untuk dapat
digunakan sebagai tempat
bergantung jika datang masa
futurnya. Ibnu Hajar
mengungkapkan arti futur
dalam kalimat tersebut
adalah : Rasa malas untuk
berdiri melaksanakan shalat.
Menurut Ibnu Al-Atsir,
pengertian futur dalam hal ini
adalah semua keadaan diam,
menyedikitnya porsi
beribadah dan
mengurangnya semangat.
Secara Terminologis futur
adalah sebuah kendala yang
menimpa para aktivis
dakwah. Efek terburuknya
berupa,
” inqitha” (terputusnya
aktivitas) setelah istimrar
(kontinu) dilaksanakan.
Sedangkan efek minimalnya
adalah timbulnya sikap acuh,
berkembangnya rasa malas,
berlambat-lambat dan santai,
dimana sikap tersebut datang
setelah sikap giat bergerak.
Fenomena futur sebenarnya
masalah yang pasti hadir
tanpa ada seorangpun yang
dapat mengelak darinya.
Sebagaimana tersirat dalam
hadist Rasulullah SAW
kepada Abdullah bin Amr bin
Ash ra. :
”Wahai Abdullah,
janganlah engkau
seperti fulan, sebelum
ini ia rajin bangun pada
malam hari (shalat
tahajud), namun
kemudian ia tinggalkan
sama sekali.” (HR.
Bukhari)
Rasulullah SAW pernah
bersabda pada riwayat dari
Abdullah bin Amr bin Ash ra :
”Setiap amal itu ada
masa semangat dan ada
masa lemahnya.
Barangsiapa yang pada
masa lemahnya ia tetap
dalam sunnah
(petunjuk) ku, maka dia
telah beruntung. Namun
barangsiapa yang
beralih kepada selain itu,
berarti ia telah
celaka. ” (Musnad Imam
Ahmad)
Ibnu Qayyim berkata, ”Saat-
saat futur bagi seseorang
yang beramal adalah hal
wajar yang harus terjadi.
Seseorang masa futurnya
lebih membawa ke arah
muraqabah (pengawasan
oleh Allah) dan pembenahan
langkah, selama ia tidak
keluar dari amal-amal fardhu
dan tidak melaksanakan
sesuatu yang diharamkan
oleh Allah, diharapkan ketika
pulih ia akan berada dalam
kondisi yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya.
Sekalipun sebenarnya,
aktivitasn ibadahnya yang
disukai Allah adalah yang
dilakukan secara rutin oleh
seorang hamba tanpa
terputus. ” (Madarij As-Salikin)
Fenomena Futur
1. Kita sering mendapati seorang
muslim yang berusaha
memelihara diri dari kotoran
najis, namun ia tidak
memelihara diri dari kotoran
’ ghibah’ dan dusta. Ada
manusia yang banyak
mengeluarkan sedekah,
namun ia tidak peduli
mempraktekkan transaksi riba.
2. Memfokuskan perhatian pada
forum perdebatan akal dalam
memerangi syubhat yang
dihembuskan oleh kaum ateis
dan para sekularis, kemudian
sangat mengandalkan suatu
predikat ilmiah saja diatas
sikap semangat dan ikut
bergerak dalam blantika
dakwah. Artinya kehebatan
intelektual tanpa didukung
dengan gerak, amal dan jihad.
3. Berlebihan dan melewati batas
dalam melakukan sesuatu
yang mubah (dibolehkan).
Firman Allah SWT : ”Hai anak
Adam pakailah pakaianmu
yang indah setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah
dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” (Al-A’raf : 31)
. Rasulullah SAW bersabda :
” Tidaklah seorang anak Adam
mengisi suatu wadah yang
buruk daripada perutnya. ”
4. Terpuruk dibawah
penguasaan setan lewat celah
keragu-raguan yang
dihembuskan kepada
seseorang kemudian
mengakibatkan menjadi
berlambat-lambat. Rasulullah
bersabda : ”Tidaklah suatu
kaum suka memperlambat
sampai Allah menjadikannya
lambat. ” (HR. Turmudzi)
5. Merasakan kekasaran dan
kesesatan hati. Sampai
keadaan dimana seseorang
dapat merasakan bahwa
dirinya telah turut menjadikan
hatinya kesat disebabkan
ruhaninya yang lemah. Jika
keadaan tersebut terlalu lama,
maka akan menjadi terbiasa
dan tanpa disadari sampai
hatinya mati. Matinya hati
mengkibatkan punahnya
pengaruh janji serta ancaman
yang terdapat dalam ayat-ayat
Al Qur ’an. Hati menjadi tidak
bergeming dengan nasihat
dari kejadian realita yang dapat
dijadikan ibrah.
6. Perasaan segan untuk
melaksanakan perbuatan baik
dan beribadah. Orang yang
menderita futur secara jelas
akan bersikap menyepelekan
nilai dan praktek ibadah.
7. Tidak agresif dan pro-aktif
dalam menjalani tugas-tugas
yang diembankan kepada
dirinya.
Ditulis oleh lauthfi

Tidak ada komentar: