Selasa, November 30, 2010

syahadat

Syahadat berasal dari
kata syahada –
yasyhadu – syuhudan –
syahidan, artinya
menyaksikan. Menurut
istilah, syahadat artinya
penyaksian kesadaran
manusia, bahwa di alam
raya ini tidak ada ilah
melainkan Allah swt (Abd.
Marjie, 2003:125)
DR. Shalih (1998)
membedakan antara
definisi syahadat la ilaha
illallah dan syahadat
muhammadan Rasulullah.
Menurutnya definisi
syahadat la ilaha illallah
ialah beritikad dan
berikrar bahwasannya
tidak ada yang berhak
disembah dan menerima
ibadah kecuali Allah swt,
mentaati hal tersebut dan
mengamalkannya. La
ilaha menafikan hak
penyembahan dari selain
Allah, siapapun orangnya.
Illallah adalah penetapan
hak Allah semata untuk
disembah. Sedangkan
makna syahadat
muhammadan Rasulullah
yaitu meyakini secara
lahir batin bahwa beliau
adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya yang diutus
kepada manusia secara
keseluruhan, serta
mengamalkan
konsekuensinya;
mentaati perintahnya,
membenarkan
ucapannya, menjauhi
larangannya, dan tidak
menyembah Allah kecuali
dengan apa yang
disyariatkannya.
Kandungan Kalimat
La Ilaha Illallah
Kalimat la ilaha illallah
mengandung beberapa
makna yang
berhubungan dengan
kehidupan manusia
(marjie, 2003), yaitu:
1. Tidak ada pencipta
selain Allah
2. Tidak ada pemberi
rezeki selain Allah
3. Tidak ada pemilik
semesta raya
dengan segala
isinya, baik benda
hidup dan mati
termasuk manusia,
jin bahkan para
malaikat selain
Allah.
4. Tidak ada yang
menguasai
makhluk-makhluk
yang ada di dunia
ini kecuali Allah.
5. Tidak ada yang
mengatur hokum
dan yang
memutuskan suatu
hokum selain Allah.
6. Tidak ada
pelindung yang
dapat melindungi
selain Allah.
7. Tidak ada tujuan
hidup kecuali untuk
mengabdikan diri
sepenuhnya
kepada Allah
dengan
mengharap
keridoan-Nya.
Konsekuensi
Syahadatan
Dalam syahadat la ilaha
illallah, menurut ulama
tauhid mengandung al
nafyu dan al isbat. Al
nafyu artinya menolak
segala bentuk tuhan
selain Allah, sedangkan al
isbat ialah menetapkan
bahwa tidak ada yang
berhak disembah kecuali
Allah.
Adapun dalam syahadat
muhammadan Rasulullah
mengandung ifrath dan
tafrith. Ifrath adalah
istilah yang muncul dari
kata ‘abduhu
(hambanya / manusia
biasa yang berkewajiban
untuk beribadah kepada
Allah) yang
mengisyaratkan agar
manusia lain – termasuk
umat islam- jangan
sampai bersikap berlebih-
lebihan atau bahkan
sampai mengkultuskan
Nabi yang nantinya
mengarah kepada
penyembahan terhadap
sosok Nabi sebagai
manusia. Sebagaimana
firman-Nya:
sesungguhnya aku ini
hanya seorang manusia
seperti kamu (QS Al-Kahfi:
110)
Tafrith adalah istilah yang
muncul dari kata
Rasuluhu yang
mengisyaratkan bahwa
semua manusia tidak
boleh meremehkan Nabi,
karena beliau adalah
manusia pilihan Allah
yang mendapat tugas
mulia sebagai pemberi
kabar gembira dan
sebagai pemberi
peringatan. Salah satu
contoh sikap
meremehkan Nabi adalah
bilamana kita melakukan
ibadah yang tidak pernah
dicontohkan sama sekali
oleh Rasul, karena
dengan demikian kita
telah menumbuhkan
sikap tidak percaya
terhadap sosok
Muhammad sebagai
utusan Allah untuk
membimbing seluruh
manusia agar melakukan
tata cara ibadah sesuai
dengan kehendak yang
memerintahkan untuk
diibadahi (Allah).
Para ulama tauhid merinci
beberapa syarat bagi
syahadat la ilaha illallah,
diantaranya harus ada
mahabbah atau
kecintaan kepada Allah di
atas segala-galanya.
Namun yang jadi
pertanyaan adalah
bagaimana caranya kita
mencintai Allah yang
ghaib dari pandangan
mata? Kita mungkin akan
langsung faham ketika
ada stimulus untuk
mencintai anak, istri atau
kendaraan mewah yang
baru dibeli, tapi kita akan
bertanya-tanya ketika
ada stimulus untuk
mencintai Allah.
Oleh karena itu Allah
memberikan tuntunan
kepada seluruh manusia
agar dapat mencintai
Allah yang nantinya akan
meraih cinta Allah di
dalam kitab suci
diamanatkan kepada
manusia pilihan-Nya
Rasulullah saw untuk
disampaikan kepada
seluruh manusia;
“Katakanlah, “jika kalian
benar-benar cinta kepada
Allah, maka ikutilah aku,
niscaya kamu akan
dicintai pula oleh Allah,
dan Dia akan
mengampuni segala
dosa-dosa kamu, dan
Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Katakanlah, “Taatlah
kepada Allah dan kepada
Rasul, maka apabila
kamu berpaling ke
belakang, sesungguhnya
Allah tidak mencintai
orang-orang kafir.” (QS Ali
Imran [3]: 31-32)
Mendahulukan sabdanya
atas segala pendapat dan
ucapan orang lain serta
mengamalkan
sunnahnyamerupakan
bagian yang tidak
terpisah dari syahadat la
ilaha illallah. Orang-orang
yang lebih
mengutamakan hukum
atau perundang-
undangan manusia di
atas petunjuk Nabi, maka
jelaslah dia telah keluar
dari konsep syahadatain.
Bebas berprilaku dan
berekspresi walaupun
bertentangan dengan
sunnah Allah dan Rasul-
Nya dengan dalih bahwa
setiap manusia
mempunyai hak azasi
masing-masing, maka bila
dia seorang muslim,
keyakinan tersebut telah
membatalkan
syahadatnya.

Tidak ada komentar: