Senin, Maret 28, 2011

BAHAYA PANDANGAN MATERIALISTIS BAGI KELUARGA MUSLIM

PANDANGAN MATERILISTIS
TERHADAP DUNIA
Pandanganmaterialistis saat ini,
banyak menerpa kehidupan
manusia. Bahkan sebagian kaum
muslimin ada yang juga
terpengaruh dengan kehidupan
yang melalaikan ini. Yaitu
mengedepankan cara pandang
tentang kehidupan yang hanya
terbatas pada usaha untuk
mendapatkan kenikmatan sesaat di
dunia fana ini, sehingga aktifitas
hidup yang dijalankan hanya
berkisar pada masalah bagaimana
bisa menciptakan lapangan
pekerjaan, mengembangkan
ekonomi, membangun rumah dan
gedung, memenuhi kepuasan hidup
dan hal-hal lain yang bersifat
duniawi, tanpa memikirkan akibat
dan sikap yang seharusnya
dilakukan. Seolah menganggap,
bahwa kebahagiaan hidup hanya
bisa diraih dengan harta. Alhasil,
pandangan materialistis ini
mengusik keharmonisan dan
ketenangan rumah tangga seorang
muslim. Melalaikan tujuan inti
penciptaannya, penghambaan diri
kepada Allah semata dalam setiap
aspek kehidupannya. Allah
berfirman:
ﻭﻣﺎﺧﻠﻘﺖﺍﻟﺠﻦﻭﺍﻹﻧﺲﺇﻻﻟﻴﻌﺒﺪﻭﻥ
ﻣﺂﺃﺭﻳﺪﻣﻨﻬﻢﻣﻦﺭﺯﻕﻭﻣﺂﺃﺭﻳﺪﺃﻥ
ﻳﻄﻌﻤﻮﻥﺇﻥﺍﻟﻠﻪﻫﻮﺍﻟﺮﺯﺍﻕﺫﻭ
ﺍﻟﻘﻮﺓ ﺍﻟﻤﺘﻴﻦ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rezki sedikitpun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha
Pemberi rezki Yang Mempunyai
Kekuatan lagi Sangat Kokoh". [Adz
Dzariyat: 56-58]
Sebagai efeknya, tak jarang wanita
juga ikut bekerja membanting
tulang, mengerahkan segala cara
untuk mendapatkan harta yang
banyak. Dalam benaknya, yang
berkembang hanya bagaimana bisa
menguasai dunia dengan harta
berlimpah, seolah kebahagiaan dan
ketenangan bergantung dengan
harta; padahal Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Wahai
Abu Dzar. Apakah engkau
menyangka karena banyak harta
orang menjadi kaya?” Saya (Abu
Dzar) menjawab : “Ya, wahai
Rasulullah”. Beliau bersabda: “Dan
engkau menyangka, karena harta
sedikit orang menjadi miskin?” Saya
(Abu Dzar) berkata: “Ya, wahai
Rasulullah”. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya kekayaan adalah
kecukupan dalam hati, dan
kemiskinan adalah miskin hati”. [HR
Hakim dan Ibnu Hibban].
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
ﺧﺴﺮﺍﻟﺪﻧﻴﺎﻭﺍﻷﺧﺮﺓﺫﻟﻚﻫﻮ
ﺍﻟﺨﺴﺮﺍﻥ ﺍﻟﻤﺒﻴﻦ
"Rugilah ia di dunia dan di akhirat.
Yang demikian itu adalah kerugian
yang nyata". [Al Hajj: 11]
Allah menciptakan dunia tidak untuk
main-main atau sendau gurau,
tetapi Allah menciptakannya untuk
suatu hikmah yang agung,
sebagaimana firman Allah:
ﺇﻧﺎﺟﻌﻠﻨﺎﻣﺎﻋﻠﻰﺍﻷﺭﺽﺯﻳﻨﺔﻟﻬﺎ
ﻟﻨﺒﻠﻮﻫﻢ ﺃﻳﻬﻢ ﺃﺣﺴﻦ ﻋﻤﻼ
"Sesungguhnya Kami telah
menjadikan apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya agar
Kami menguji mereka siapakah
diantara mereka yang terbaik
perbuatannya". [Al Kahf :7].
Allah menciptakan dunia tidak lain
ialah sebagai ladang kampung
akhirat dan kampung untuk
beramal. Sedangkan akhirat sebagai
kampung menuai balasan.
Barangsiapa mengisi dunia dengan
amal shalih, niscaya ia akan menuai
keberuntungan di dua kampung
tersebut. Sebaliknya, barangsiapa
yang menyia-nyiakan dunianya,
niscaya ia akan kehilangan
akhiratnya.
PANDANGAN YANG SALAH
TERHADAP DUNIA
Allahmenjadikan berbagai
kenikmatan dunia dan perhiasan
lahiriah berupa harta, anak-anak,
isteri, kedudukan, kekuasaan dan
berbagai macam kenikmatan
lainnya, yang seharusnya digunakan
sebagaisarana untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Dari Tsauban, bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
ﻟﻴﺘﺨﺬﺃﺣﺪﻛﻢﻗﻠﺒﺎﺷﺎﻛﺮﺍﻭﻟﺴﺎﻧﺎ
ﺫﺍﻛﺮﺍﻭﺯﻭﺟﺔﻣﺆﻣﻨﺔﺗﻌﻴﻦﺃﺣﺪﻛﻢ
ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﺂﺧﺮﺓ
"Hendaklah di antara kalian memiliki
hati yang bersyukur, lisan yang
berdzikir dan isteri yang shalihah
yang membantu dalam urusan
akhirat". [HR Ahmad dan Ibnu
Majah].
Pada kenyataannya, sebagian besar
manusia memusatkan perhatiannya
pada aspek lahiriah dan kenikmatan
materi semata. Setiap hari
disibukkan dengan bekerja untuk
mendapatkan harta dan kenikmatan
dunia, sehingga lupa menyiapkan
bekal untuk amal kehidupan
sesudah mati; bahkan ada yang
mengingkari kehidupan lain setelah
kehidupan di dunia ini. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
ﻭﻗﺎﻟﻮﺍﺇﻥﻫﻲﺇﻻﺣﻴﺎﺗﻨﺎﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
ﻭﻣﺎﻧﺤﻦ ﺑﻤﺒﻌﻮﺛﻴﻦ
"Dan tentu mereka akan
mengatakan (pula) “Hidup hanyalah
kehidupan kita di dunia saja, dan kita
sekali-kali tidak akan dibangkitkan”.
[Al Al An’am : 29].
Allah mengancam orang-orang
yang memiliki pandangan kerdil
terhadap dunia. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
ﻣﻦﻛﺎﻥﻳﺮﻳﺪﺍﻟﺤﻴﺎﺓﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
ﻭﺯﻳﻨﺘﻬﺎﻧﻮﻑﺇﻟﻴﻬﻢﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ
ﻓﻴﻬﺎﻭﻫﻢﻓﻴﻬﺎﻻﻳﺒﺨﺴﻮﻥﺃﻭﻟﺌﻚ
ﺍﻟﺬﻳﻦﻟﻴﺲﻟﻬﻢﻓﻲﺍﻷﺧﺮﺓﺇﻻ
ﺍﻟﻨﺎﺭﻭﺣﺒﻂﻣﺎﺻﻨﻌﻮﺍﻓﻴﻬﺎﻭﺑﺎﻃﻞ
ﻣﺎﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ
"Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di
dunia, dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan". [Hud: 15-16].
ANCAMAN ALLAH TERHADAP
ORANG-ORANG MATERIALISTIS
Dampakancaman di atas berlaku
bagi semua orang yang memiliki
pandangan materialis, yaitu mereka
yang beramal hanya sekedar
mencari keuntungan dunia,
misalnya: orang-orang munafik,
orang-orang kafir, orang-orang
yang menganut faham kapitalisme,
komunisme dan sekulerisme. Allah
akan menjadikan kehidupan ini
terasa sempit bagi mereka. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
ﻣﻦﻛﺎﻧﺖﺍﻟﺪﻧﻴﺎﻫﻤﻪﻓﺮﻕﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪﺃﻣﺮﻩﻭﺟﻌﻞﻓﻘﺮﻩﺑﻴﻦﻋﻴﻨﻴﻪ
ﻭﻟﻢﻳﺄﺗﻪﻣﻦﺍﻟﺪﻧﻴﺎﺇﻟﺎﻣﺎﻛﺘﺐ
ﻟﻪﻭﻣﻦﻛﺎﻧﺖﺍﻟﺂﺧﺮﺓﻧﻴﺘﻪﺟﻤﻊ
ﺍﻟﻠﻪﻟﻪﺃﻣﺮﻩﻭﺟﻌﻞﻏﻨﺎﻩﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ
ﻭﺃﺗﺘﻪ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻫﻲ ﺭﺍﻏﻤﺔ
"Barangsiapa yang menjadikan
dunianya sebagai tujuan utamanya,
maka Allah akan membuat
perkaranya berantakan, kemiskinan
berada di depan kedua matanya dan
dunia tidaklah datang, kecuali yang
telah ditentukan baginya saja. Dan
barangsiapa yang menjadikan
akhirat (sebagai) niatnya, niscaya
Allah akan memudahkan urusannya
dan menjadikan rasa kecukupan
tertanam dalam dalam hatinya dan
dunia akan datang dengan
sendirinya". [Hadits Ibnu Majah
dengan sanad yang shahih]
PANDANGAN YANG BENAR
TERHADAP DUNIA
Dunia bukanlah segala-galanya, akan
mengalamikehancuran. Ia hanya
jembatan penyeberangan belaka.
Segala prasarana dan sarana yang
Allah adakan di dunia ini, harta,
kekuasaan dan lain-lain, semestinya
dioptimalkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan yang lebih besar,
meraih kehidupan akhirat yang
paling baik.
Karena itu, pada hakikatnya dunia
tidak tercela dzatnya. Pujian atau
celaan tergantung pada tindak-
tanduk seorang hamba dalam
menjalani siklus kehidupannya di
dunia. Sekali lagi, dunia,
kehidupannya bersifat maya.
Kehidupan yang baik yang diperoleh
penduduk surga, tidak lain karena
kebaikan dan amal shalih yang telah
mereka tanam ketika di dunia. Maka
dunia adalah kampung jihad, shalat,
puasa dan infak di jalan Allah, serta
medan untuk berlomba dalam
kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirmankepada penduduk surga,
artinya :
ﻛﻠﻮﺍﻭﺍﺷﺮﺑﻮﺍﻫﻨﻴﺌﺎﺑﻤﺂﺃﺳﻠﻔﺘﻢ
ﻓﻲ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺍﻟﺨﺎﻟﻴﺔ
"(Kepada mereka dikatakan) “Makan
dan minumlah dengan sedap
disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah
lalu (ketika di dunia)”. [Al Haqqah :
24].
Selayaknya kita bersiap diri
meninggalkan kampung dunia
menuju kampung akhirat dengan
selalu menambah simpanan amal
kebaikan dan bersegera memenuhi
panggilan Allah.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu
berkata: “Sesungguhnya dunia telah
habis berlalu dan akhirat semakin
mendekat. Dan masing-masing
mempunyai anak keturunan. Jadilah
kalian anak keturunan akhirat dan
jangan menjadi anak keturunan
dunia, karena sekarang kesempatan
beramal tanpa ada hisab
(peratnggungjawaban) dan besok di
akhirat masa perhitungan amalan
dan tidak ada kesempatan beramal”.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu
juga mengatakan: “Halalnya adalah
dipertanggungjawabkan, dan
haramnya adalah neraka”.
Wahai saudaraku kaum muslimin,
ingatlah terhadap empat hal : Aku
tahu bahwa rezekiku tidak akan
dimakan orang lain, maka
tenteramlah jiwaku. Aku tahu
bahwa amalku tidak akan dilakukan
orang lain, maka akupun
disibukkannya. Aku tahu bahwa
kematian akan datang tiba-tiba,
maka segera aku menyiapkannya.
Dan aku tahu bahwa diriku tidak
akan lepas dari pantauan Allah,
maka aku akan merasa malu
kepadaNya. [Lihat Manaqib Al Iman
Ahmad, Ibnu Jauzi, Maktabah Al
Hany, Bab As Siaru, Vol. 11, hlm.
485 dan Wafayat Al A’yan, Op.Cit,
Vol. 2, hlm. 27].
Orang yang mengosongkan hatinya
dari keinginan dunia akan merasa
ringan tanpa beban, total
menyongsong Allah dan
mempersiapkan diri untuk
datangnya perjalanan.
Mengosongkan hati untuk dunia
yang fana bukan berarti
meninggalkan dunia kerja, enggan
mencari kehidupan dunia dan tidak
mencoba berusaha. Islam sendiri
memerintahkan untuk bekerja dan
menganggapnya sebagai satu jenis
jihad, bila dengan niat yang tulus
dan memenuhi syarat amanah dan
ikhlas, serta tidak melanggar syariat.
(Ummu Ahmad).
Maraji’:
- Kitab Tauhid III, Dr. Shalih bin
Fauzan bin Abdullah Al Fauzan.
-Islahul Qulub, karya Syaikh Abdul
Hadi Wahbi.
-Faraidul Kalam Lil Khulafail Kiram,
karya Syaikh Qasim ‘Asyur.
- Ad Dunya Dhillul Zailun, Abdul
Malik bin Muhammad Al Qasim.
[Disalin dari majalah As-Sunnah
Edisi 04/Tahun IX/1426H/2005M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016]

Tidak ada komentar: