Senin, Maret 28, 2011

MENCIPTAKAN KELUARGA ISLAMI

Oleh
Syaikh Shalih ibn Abdullah ibn Al-
Humaid
Kebanyakan manusia tentu
mendambakan kebahagiaan,
menanti ketentraman dan
ketenangan jiwa. Tentu pula semua
berusaha menghindar dari berbagai
pemicu gundah gulana dan
kegelisahan. Terlebih lagi dalam
lingkungan keluarga.
Ingatlah, semua ini tak mungkin
akan terwujud kecuali dengan iman
kepada Allah, tawakal dan
mengembalikan semua masalah
kepada-Nya, disamping melakukan
beragam usaha yang sesuai dengan
syariat.
PENTINGNYA MENCIPTAKAN
KEHARMONISAN DALAM KELUARGA
Yangpaling berpengaruh buat
pribadi dan masyarakat adalah
pembentukan keluarga dan
komitmennya pada kebenaran. Allah
Ta’ala dengan hikmah-Nya telah
mempersiapkan tempat yang mulia
buat manusia untuk menetap dan
tinggal dengan tentram di
dalamnya.
Allah Ta’ala berfirman:
ﻭﻣﻦﺁﻳﺎﺗﻪﺃﻥﺧﻠﻖﻟﻜﻢﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ
ﺃﺯﻭﺍﺟﺎﻟﺘﺴﻜﻨﻮﺍﺇﻟﻴﻬﺎﻭﺟﻌﻞ
ﺑﻴﻨﻜﻢﻣﻮﺩﺓﻭﺭﺣﻤﺔﺇﻥﻓﻲﺫﻟﻚ
ﻵﻳﺎﺕ ﻟﻘﻮﻡ ﻳﺘﻔﻜﺮﻭﻥ
"Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri- istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram
kepadanya dan dijadikan-Nya di
antara kamu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagikaum yang berpikir". [ar-Rum:
21]
Ya...... "supaya engkau cenderung
dan merasa tentram
kepadanya" (Allah tidak mengatakan
"supaya kamu tinggal
bersamanya"). Ini menegaskan
makna tenang dalam perangai dan
jiwa serta menekankan wujudnya
kedamaian dalam berbagai
bentuknya.
Maka suami istri akan mendapatkan
ketenangan pada pasangannya di
kala datang kegelisahan dan
mendapati kelapangan di saat
dihampiri kesempitan.
Sesungguhnya pilar hubungan
suami istri adalah kekerabatan dan
persahabatan yang terpancang di
atas cinta dan kasih sayang.
Hubungan yang mendalam dan
lekat ini sangat mirip dengan
hubungan seseorang dengan
dirinya sendiri.
Al-Qur’an menjelaskan:
ﻫﻦ ﻟﺒﺎﺱ ﻟﻜﻢ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻟﺒﺎﺱ ﻟﻬﻦ
"Mereka itu adalah pakaian bagimu
dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka.” [Al-Baqarah: 187]
Terlebih lagi ketika mengingat apa
yang dipersiapkan bagi hubungan
ini, misalnya pendidikan anak dan
jaminan kehidupan, yang tentu saja
tak akan terbentuk kecuali di dalam
atmosfir keibuan yang lembut dan
kebapaan yang semangat dan
serius. Adakah di sana komunitas
yang lebih bersih dari suasana
hubungan yang mulia ini?
PILAR PENYANGGA KELUARGA
ISLAMI
Adabanyak faktor yang menjadi
penopang tegaknya keluarga islami,
-yang di dalamnya terjalin kuat
hubungan suami istri serta jauh dari
perselisihan dan perpecahan- (yaitu
antara lain) :
1. Iman Dan Taqwa Kepada Allah
Ta’ala
Faktor pertama dan terpenting yaitu
berpegang teguh kepada tali
keimanan: iman kepada Allah dan
Hari Akhir, takut kepada Dzat Yang
mempemerhatikan segala yang
tersembunyi serta senantiasa
bertaqwa dan bermuraqabah
(merasa terawasi oleh Allah Azza wa
Jalla–red) lalu menjauh dari
kezaliman dan kekeliruan di dalam
mencari kebenaran.
ﺫﻟﻜﻢﻳﻮﻋﻆﺑﻪﻣﻦﻛﺎﻥﻳﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ
ﻭﺍﻟﻴﻮﻡﺍﻷﺧﺮﻭﻣﻦﻳﺘﻖﺍﻟﻠﻪﻳﺠﻌﻞ
ﻟﻪﻣﺨﺮﺟﺎ.ﻭﻳﺮﺯﻗﻪﻣﻦﺣﻴﺚﻻ
ﻳﺤﺘﺴﺐﻭﻣﻦﻳﺘﻮﻛﻞﻋﻠﻰﺍﻟﻠﻪﻓﻬﻮ
ﺣﺴﺒﻪ
"Demikianlah diberi pengajaran
dengan itu, orang yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhirat.
Barangsiapa yang bertaqwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan keperluannya". [At-
Thalaq: 2-3]
Di antara yang menguatkan
keimanan ini yaitu bersungguh-
sungguh dan serius dalam ketaatan
dan ibadah serta saling ingat-
mengingatkan dalam masalah itu.
Perhatikanlah sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam :
ﺭﺣﻢﺍﻟﻠﻪﺭﺟﻼﻗﺎﻡﻣﻦﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺼﻠﻰ
ﻭﺃﻳﻘﻆﺍﻣﺮﺃﺗﻪﻓﺈﻥﺃﺑﺖﻧﻀﺢﻓﻲ
ﻭﺟﻬﻬﺎﺍﻟﻤﺎﺀﺭﺣﻢﺍﻟﻠﻪﺍﻣﺮﺃﺓ
ﻗﺎﻣﺖﻣﻦﺍﻟﻠﻴﻞﻓﺼﻠﺖﻭﺃﻳﻘﻈﺖ
ﺯﻭﺟﻬﺎﻓﺈﻥﺃﺑﻰﻧﻀﺤﺖﻓﻲﻭﺟﻬﻪ
ﺍﻟﻤﺎﺀ
"Semoga Allah merahmati suami
yang bangun malam hari lalu shalat
dan membangunkan istrinya lalu
shalat pula. Apabila enggan maka
dipercikkannya air di wajahnya. Dan
semoga Allah merahmati seorang
istri yang bangun malam hari lalu
shalat dan membangunkcan
suaminya lalu shalat pula. Apabila
enggan maka dipercikkannya air di
wajahnya." [2].
Hubungan suami istri bukanlah
hubungan duniawi atau hubungan
hawa nafsu hewani, namun berupa
interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika
hubungan ini sahih (benar) maka
akan berlanjut hingga ke kehidupan
akhirat setelah meninggal dunia
kelak.
ﺟﻨﺎﺕﻋﺪﻥﻳﺪﺧﻠﻮﻧﻬﺎﻭﻣﻦﺻﻠﺢﻣﻦ
ﺀﺍﺑﺂﺋﻬﻢ ﻭﺃﺯﻭﺍﺟﻬﻢ ﻭﺫﺭﻳﺎﺗﻬﻢ
"Yaitu surga ‘Adn yang mereka itu
masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya,istri- istri nya dan
anak cucunya ". [Ar¬-Ra’du : 23]
2. Menjalin Hubungan Baik
Termasukdi antara yang
mengawetkan hubungan ini adalah
pergaulan antara suami istri dengan
baik. Ini tidak akan tercipta kecuali
dengan saling mengerti dan
memahami hak dan kewajibannya
masing-masing.
Adapun mencari-cari kesempurnaan
dalamkeluarga dan anggotanya
adalah sesuatu yang mustahil. Dan
merasa prustasi dalam usaha
melakukan penyempurnaan setiap
sifat mereka atau yang lainnya
termasuk sia-sia juga.
3. Tugas Suami
Termasukberpikir cerah adalah
(apabila suami dapat-red)
mengkondisikan jiwa untuk
menerima beberepa kesempitan dan
mengabaikansebagian kesusahan.
Seorang suami —sebagai pemimpin
keluarga- dituntut untuk lebih
bersabar ketimbang istrinya, di
mana seorang istri itu lemah secara
fisik maupun pribadinya. Apabila
dituntut untuk melakukan segala
sesuatu maka ia akan buntu dari
semuanya
Terlalu berlebihan dalam
meluruskannyapun akan berarti
mematahkannya dan
mematahkannya sama saja dengan
menceraikannva.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
ﺍﺳﺘﻮﺻﻮﺍﺑﺎﻟﻨﺴﺎﺀﺧﻴﺮﺍﻓﺈﻧﻬﻦ
ﺧﻠﻘﻦﻣﻦﺿﻠﻊﻭﺇﻥﺃﻋﻮﺝﺷﻲﺀﻓﻲ
ﺍﻟﻀﻠﻊﺃﻋﻼﻩﻓﺈﻥﺫﻫﺒﺖﺗﻘﻴﻤﻪ
ﻛﺴﺮﺗﻪﻭﺇﻥﺗﺮﻛﺘﻪﻟﻢﻳﺰﻝﺃﻋﻮﺝ
ﻓﺎﺳﺘﻮﺻﻮﺍ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎﺀ ﺧﻴﺮﺍ
"Nasihatilah wanita dengan yang
baik. Sesungguhnya mereka
diciptakan dari rusuk dan bagian
terbengkok dari rusuk adalah bagian
atasnya. Seandainya kau luruskan
maka berarti kamu
mematahkannya. Dan seandainya
kamu biarkan maka akan terus saja
bengkok. Untuk itu nasihatilab
wanita dengan yang baik" [3]
Jadi kelemahan pada wanita sudah
ada semenjak pertama kali
diciptakan. Maka mau tidak mau
harus bersabar menghadapinya.
Untuk itu seyogyanya seorang
suami tidak terus-terusan
mengingat apa yang merupakan
bahan kesempitan pada
keluarganya. Alihkan pandangan
dari beberapa sisi kekurangan
mereka. Dan perhatikanlah sisi
kebaikan mereka niscaya akan
didapatinya banyak sekali.
Dalam konteks ini Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
ﻻﻳﻔﺮﻙﻣﺆﻣﻦﻣﺆﻣﻨﺔﺇﻥﻛﺮﻩﻣﻨﻬﺎ
ﺧﻠﻘﺎ ﺭﺿﻲ ﻣﻨﻬﺎ ﺁﺧﺮ
"Seorang mukmin (suami) tidaklak
membenci dan marah kepada
mukminah (istri) Apabila ia
membencinya karena sesuatu dari
pribadinyn maka ia ridla darinya
dengan hal-hal lainnya". [4]
Dalam hal ini maka berprilakulah
lemah lembut. Sebab jika ia sudah
melihat sebagian yang dibencinya
maka tidak tahu lagi di mana
sumber-sumber kebahagiaan itu
berada.
Allah Ta’ala berfirman:
ﻭﻋﺎﺷﺮﻭﻫﻦﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑﻓﺈﻥ
ﻛﺮﻫﺘﻤﻮﻫﻦﻓﻌﺴﻰﺃﻥﺗﻜﺮﻫﻮﺍﺷﻴﺌﺎ
ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﺧﻴﺮﺍ ﻛﺜﻴﺮﺍ
"Dan bergaullah bersama mereka
dengan patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka maka
bersabarlah karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuata padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak" [An-Nisa: 19]
Apabila tidak begitu, lalu bagaimana
mungkin akan tercipta ketentraman,
mana kedamaian dan cinta kasih itu :
jikapemimpin keluarga itu sendiri
berperangai keras, jelek
pergaulannya, sempit wawasan,
dungu, terburu-buru, tidak pemaaf,
pemarah, jika masuk terlalu banyak
mengungkit-ungkit kebaikan dan jika
keluar selalu berburuk sangka.
Padahal sudah dimaklumi bahwa
interaksi yang baik dan sumber-
sumber kebahagiaan itu tidaklah
akan tercipta kecuali dengan
kelembutan dan menjauhkan diri
dari prasangka yang tak beralasan.
Dan kecemburuan -pada sebagian
orang- terkadang berubah menjadi
prasangka buruk yang
menggiringnya untuk senantiasa
menyalah tafsirkan omongan dan
meragukan segala tingkah laku. Ini
tentu saja akan membikin hidup
terasa sempit dan hati gelisah
dengan tanpa alasan yang jelas dan
benar.
ﺃﺳﻜﻨﻮﻫﻦﻣﻦﺣﻴﺚﺳﻜﻨﺘﻢﻣﻦﻭﺟﺪﻛﻢ
ﻭﻻﺗﻀﺂﺭﻭﻫﻦ ﻟﺘﻀﻴﻘﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﻦ
"Tempatkanlah mereka - para istri-
di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu. Dan
janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan hati
mereka... " [(Ath-Thalaq: 6]
Padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam telah bersabda:
ﺧﻴﺮﻛﻢﺧﻴﺮﻛﻢﻷﻫﻠﻪﻭﺃﻧﺎﺧﻴﺮﻛﻢ
ﻷﻫﻠﻲ
"Sebaik-baik kamu adalah yang
paling baik kepada keluarganya. Dan
aku adalah yang terbaik di antara
kamu kepada keluargaku" [5]
4. Tugas Istri
Adapunseorang istri maka
ketahuilah bahwa kebahagiaan, cinta
dan kasih sayang tidaklah akan
sempurna kecuali ketika si pemilik
kesucian dan agama (baca : istri)
mengetahui kewajibannya dan tidak
melalaikannya.
Berbakti kepada suaminya sebagai
pemimpin, pelindung, penjaga dan
pemberi nafkah. Taat kepadanya,
menjaga dirinya sebagai istri dan
menjaga harta suaminya
merupakan kewajiban seorang istri.
Demikian juga menguasai tugas istri
dan mengerjakannya serta
memerhatikan diri dan rumahnya.
Inilah istri yang shalihah sekaligus
ibu yang penuh kasih sayang,
pemimpin di rumah suaminya dan
bertanggungjawab atas yang
dipimpinnya. Juga mengakui
kecakapan suaminya dan tidak
mengingkari kebaikan
pelayanannya. Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam telah mewanti-wanti
jangan sampai melakukan
pengingkaran (terhadap suaminya-
red) ini. Sabda beliau:
ﺃﺭﻳﺖﺍﻟﻨﺎﺭﻓﺈﺫﺍﺃﻛﺜﺮﺃﻫﻠﻬﺎ
ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻳﻜﻔﺮﻥﻗﻴﻞﺃﻳﻜﻔﺮﻥﺑﺎﻟﻠﻪ
ﻗﺎﻝﻳﻜﻔﺮﻥﺍﻟﻌﺸﻴﺮﻭﻳﻜﻔﺮﻥ
ﺍﻟﺈﺣﺴﺎﻥﻟﻮﺃﺣﺴﻨﺖﺇﻟﻰﺇﺣﺪﺍﻫﻦ
ﺍﻟﺪﻫﺮﺛﻢﺭﺃﺕﻣﻨﻚﺷﻴﺌﺎﻗﺎﻟﺖﻣﺎ
ﺭﺃﻳﺖ ﻣﻨﻚ ﺧﻴﺮﺍ ﻗﻂ
"Diperlihatkan kepadaku neraka.
Ternyata sebagian besar
penghuninya adalah perempuan
yang kufur (ingkar). Ditanyakan
kepada beliau: Apakah mereka kufur
kepada Allah?” Beliau menjawab:
“Tidak, tapi mengingkari kebaikan
suaminya .Jika kalian berbuat baik
kepada salah seorang isteri kalian
sepanjang hari, lalu ia mendapati
padamu suatu kejelekan maka ia
berkata : tak pernah aku dapatkan
darimu kebaikan sama sekali" [6]
Untuk itu seyogyanya memaafkan
kekeliruan dan mengabaikan
kekhilafan. Janganlah berprilaku jelek
ketika suami hadir dan janganlah
rnengkhianatinya ketika ja sedang
bepergian.
Dengan ini sudah barang tentu akan
tercapai saling meridhai, akan
langgeng hubungan mesra, cinta
dan kasih sayang.
Dalam sebuab hadits dikatakan:
ﺃﻳﻤﺎﺍﻣﺮﺃﺓﻣﺎﺗﺖﻭﺯﻭﺟﻬﺎﻋﻨﻬﺎ
ﺭﺍﺽ ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﺠﻨﺔ
"Siapapun perempuan yang
meninggal dunia lalu sang suami
meridhainya, maka dia masuk
sorga" [7]
Maka bertakwalah kepada Allah,
wahai ummat Islam. Ketahuilah
bahwa dengan dicapainya
keharmonisan maka akan
tersebarlah semerbak kebahagiaan
dan terciptalah suasana yang
kondusif untuk tarbiyah.
Selain itu tumbuh pula kehidupan di
rumah yang mulia dengan dipenuhi
cinta kasih dan saling pengertian
antara sifat keibuan yang penuh
kasih sayang dan kebapaan yang
tegas, jauh dari cekcok, perselisihan
dan saling menzalimi satu sama lain.
Juga tak ada permusuhan dansaling
menyakiti.
ﻭﺍﻟﺬﻳﻦﻳﻘﻮﻟﻮﻥﺭﺑﻨﺎﻫﺐﻟﻨﺎﻣﻦ
ﺃﺯﻭﺍﺟﻨﺎﻭﺫﺭﻳﺎﺗﻨﺎﻗﺮﺓﺃﻋﻴﻦ
ﻭﺍﺟﻌﻠﻨﺎ ﻟﻠﻤﺘﻘﻴﻦ ﺇﻣﺎﻣﺎ
"Dan orang-orang yang berkata : ya
Tuhan kami anugrahkanlah kepada
kami istri- istri kami dan keturunan
kami, sebagai penyenang hati kami
Dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertaqwa". [al-
Furqan : 74]
PENUTUP
Lurusnya keluarga, menjadi media
untuk menciptakan keamanan
masyarakat. Bagaimana bisa aman
apabila di sana ikatan keluarga telah
amburadul. Padahal Allah telah
memberi kenikmatan ini yaitu
nikmat kerukunan keluarga,
kemesraan dan keharmonisannya.
Allah Ta’ ala berfirman:
ﻭﺍﻟﻠﻪﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺃﺯﻭﺍﺟﺎ
ﻭﺟﻌﻞﻟﻜﻢ ﻣﻦﺃﺯﻭﺍﺟﻜﻢ ﺑﻨﻴﻦ ﻭﺣﻔﺪﺓ
ﻭﺭﺯﻗﻜﻢﻣﻦﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕﺃﻓﺒﺎﻟﺒﺎﻃﻞ
ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﻭﺑﻨﻌﻤﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻢ ﻳﻜﻔﺮﻭﻥ
"Allah menjadikan bagi kamu istri-
istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri
kamu itu anak-anak dan cucu-cucu.
Dan memberimu rezeki dari yang
baik- baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?" [An-
Nahl : 72]
Hubungan suami istri yang sangat
solid dan (fungsinya) sebagai orang
tua ditambah anak-anaknya yang
tumbuh dalam asuhan mereka,
merupakan gambaran umat terkini
dan masa depan.
Karena itu ketika setan berhasil
mencerai-beraikan hubungan
keluarga, dia tidak sekedar
menggoncangkan satu rumah saja
dan tidak pula hanya menyebarkan
kerusakan yang sebatas begitu saja.
Namun menjerumuskan
masyarakat seluruhnya ke dalam
kebobrokan yang merajalela. Realita
sekarang ini menjadi bukti nyata.
Semoga Allah merahmati pria yang
perilakunya terpuji, baik hati, pandai
bergaul (terhadap keluarga-red),
lemah lembut, pengasih,
penyayang, tekun, tidak berlebihan
dan tidak lalai dengan kewajibannya.
Begitupula semoga Allah merahmati
wanita yang tidak mencari-cari
kekeliruan, tidak cerewet, shalihah,
taat dan memelihara dirinya ketika
sang suami tidak ada, karena Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah
memeliharanya.
Bertaqwalah, wahai para suami istri,
wahai kaum muslimin.
Sesungguhnya barangsiapa yang
bertaqwa kepada Allah niscaya
dimudahkan urusannya.
ﻭﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻰﺧﻴﺮﺧﻠﻘﻪﻧﺒﻴﻨﺎ
ﻣﺤﻤﺪﻭﻋﻠﻰﺁﻟﻪﻭﺃﺯﻭﺍﺟﻪ
ﺍﻟﻄﻴﺒﻴﻦﺍﻟﻄﺎﻫﺮﻳﻦﻭﻋﻠﻰﺻﺤﺒﻪ
ﺍﻟﻐﺮﺍﻟﻤﻴﺎﻣﻴﻦﻭﺗﺎﺑﻴﻌﻬﻢ
ﺑﺈﺣﺴﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ.
Madinah Nabawiyah, 22 Rajab 1422
H
[Disalin dari majalah As-Sunnah
Edisi 11/Tahun V/1422/2001M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1].Diterjemahkan oleh: Muhamad
Asundee, dari al-Bait as-Sa’id yang
ditulis oleh Syaikh Shalih ibn
Abdullah ibn Al-Humaid.
[2].Hadits Shahih riwayat Ahmad,
Abu Daud (1308), An-Nasa’i (3/205),
dan Ibnu Majah (1336). Dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah (1148) dan
Hakim serta disepakati oleh Adz-
Dzahabi]
[3]. HR.Bukhari: 5186 —Muslim: 1468
[4]. HR. Muslim: (1469) lbnu Hajar
berkomentar: “ini mengisyaratkan
akan perlunya pembenahan (-red)
dengan lemah-lembut dalam artian
tidak berlebihan sehingga
mengakibarkan kepatahan. Namun
tidak pula membiarkannya sehingga
berlalu begitu saja dalam
kebengkokan.
Rumusannya begini: tidak dibiarkan
bengkok jika tabiat serba kurangnya
ini
mengakibatkan terjerumus ke dalam
kemaksiatanatau melalaikan
kewajiban. Dan dibiarkan saja dalam
kebengkokannya sepanjang ada
dalam hal-hal yang dimubahkan
[5].Hadits Shahih. HR. At-Tirmidzi
3892, Ibnu Maajah, Ibnu Hibban
1312]
[6]. HR. Bukhari 5197
[7].HR. at-Tirmidzi (1161), beliau
mensahihkannya. Juga Ibnu Majah:
(1854) dan Hakim: 4/173. Beliau
(Hakim) berkata: isnadnya sahih

Tidak ada komentar: